Untuk informasi seputar review film dan info perfilman, silakan kunjungi RajaSinema

Buka-bukaan Masalah Job Blogger

Menjadi blogger tidak selamanya menyenangkan. Tapi apapun itu, tetap harus dijalani dengan sabar dan penuh rasa syukur
"Penghasilan blogger itu berapa sih, Ja. Cukup nggak buat kebutuhan?"
"Ih kamu kok bisa dapat job itu, aku mah nggak kepilih"
"Bisa nggak sih blogger dijadikan sumber penghasilan utama"

Dinamika blogger makin ke sini makin ke sana. Terutama pembicaraan seputar job dan penghasilan seorang blogger.

Yang paling hangat adalah soal, apakah penghasilan blogger bisa dijadikan sumber utama memenuhi kebutuhan atau tidak.

Jujur saja secara pribadi, sampai saat ini penghasilan dari kegiatan ngeblog belum sepenuhnya bisa diandalkan sebagai sumber penghasilan utama. 

Dan melalui artikel ini, saya hanya ingin berbagi bagaimana pengalaman job blogger yang saya dapatkan sepanjang tahun 2022. 

Harapannya, artikel ini bisa memberikan insight dan perspektif lain terutama bagi anak muda yang baru lulus kuliah dan ingin langsung memulai karir sebagai blogger.

Karena menjadi blogger bukan seperti kita melamar kerja ke perusahaan. Ada set up yang harus kita bangun terlebih dahulu. Dan itu butuh waktu dan perjuangan.

1. Blog vs media sosial

Zaman makin berkembang, teknologi makin maju. Seorang blogger yang terbiasa membuat konten tulisan hanya di blog, dituntut untuk bisa menguasai berbagai platform lain terutama media sosial.

Perbandingan media kerja antara blog dan media sosial/Raja Lubis

Karena faktanya, job yang menyasar blog hanya 14,82% saja. Sisanya sebesar 85,18% berasal dari media sosial.

Bahkan, 76% dari job yang menyasar blog tersebut sepaket dengan media sosial. Maksudnya, selain kita menulis di blog harus pula disertai dengan unggah di twitter atau instagram misalnya.

Dan hanya 24% saja yang betul-betul murni menyasar blog sebagai media kerjanya. Tanpa harus ditambahi dengan media sosial.

Aktivitas utama di blog tentunya adalah menulis. Walau ada juga job seperti content placement yang artikelnya sudah disediakan oleh klien.  

Selain itu, fokus blog tidak hanya pada blog pribadi tapi juga pada platform keroyokan. Karena ada saja klien yang menginginkan tulisan yang kita buat tidak diunggah di blog pribadi melainkan di platform keroyokan seperti kompasiana, kumparan, retizen, dan teman-temannya.

Sekarang kita bicarakan job yang 85,18% di media sosial. Fokus pembicaraan pada dua hal utama yakni media sosial apa yang digunakan dan aktivitas apa yang dilakukan di sana.

Sebaran platform media sosial/Raja Lubis

Job media sosial yang saya terima sepanjang 2022 dikuasai oleh twitter dan instagram. Dengan persentase masing-masing sebesar 41,30% dan 39,13%.

Yang dilakukan di instagram sebagian besar didominasi oleh unggah konten di feed/reels. Baik itu konten buatan sendiri atau sekadar repost dari materi yang sudah disediakan oleh klien.

Tambahan tugas lainnya adalah seperti follow, like, comment, dan repost to stories.

Sementara di twitter, aktivitas yang biasa dilakukan adalah membuat utas atau beberapa single twit. Tujuan utama dari job di twitter biasanya untuk mengejar trending topic.  

Di urutan ketiga ada facebook yang persentasenya cukup kecil hanya 6,52% saja. Nampaknya facebook sudah mulai ditinggalkan dan kurang dilirik oleh brand sebagai media promosi yang efektif.  

Rata-rata aktivitas yang dilakukan di facebook adalah like dan comment atau sebatas unggah ulang postingan dari instagram.

Nggak kalah menarik youtube dan zoom juga memberikan sumbangsih bagi job blogger. Rata-rata aktivitas yang dilakukan adalah sebagai partisipan seminar online.

Kita cukup nongkrongin acara seminar dalam kurun waktu tertentu. Nongkrong doang dibayar?

Sementara yang saya kategorikan dalam kelompok 'Lain' adalah job selain di twitter, instagram, facebook, youtube, dan zoom.

Contohnya seperti rating toko di e-commerce, rating aplikasi di play store, rating di google maps, hingga sebagai partisipan survei aja ada jobnya ternyata.

Kok TikTok nggak ada? 

Job untuk TikTok sebetulnya berseliweran. Tapi pada tahun lalu saya belum optimasi TikTok. Kebanyakan medsos tuh bikin saya pusing terutama soal branding dan konten apa yang harus diunggah di sana.

Sudah banyak teman blogger yang memberikan ide dan rekomendasi konten apa yang bisa saya buat di TikTok. Tapi rasanya belum ada yang pas saja.

Dan akhirnya tahun ini mulai membuat manajemen konten untuk TikTok yang saya fokuskan untuk topik 'Fun & Entertainment'.

Tampilan halaman profil TikTok saya/Raja Lubis

Boleh lho kalau mau follow @_rajalubis_

2. Sumber job dari brand langsung atau agency?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya paparkan langsung saja datanya. Job yang saya terima sepanjang 2022, sebanyak 22,95% berasal dari brand langsung. 

Yang dimaksud berasal dari brand langsung adalah job yang saya dapatkan langsung berasal dari perwakilan brand tanpa melalui perantara atau pihak ketiga. 

Sementara yang melalui pihak ketiga saya kelompokkan ke dalam "Agency". Dalam kelompok ini di dalamnya sudah termasuk komunitas, management (MG) dari yang profesional hingga yang abal-abal, dan juga rekomendasi teman.

Perbandingan sumber job antara brand langsung dengan pihak ketiga/Raja Lubis

Gimana caranya mendapatkan job dari brand langsung?

Saya nggak punya tips dan trik khusus sih. Angka 22,95% di atas sebagian besarnya karena dihubungi langsung oleh tim promo/marketing dari brand melalui blog atau media sosial.

Tapi mungkin yang bisa dicoba adalah dengan menuliskan pengalaman pribadi terkait brand dengan sejujurnya.

Kalau teman-teman sering ngobrak-ngabrik tulisan di blog ini, akan ditemui beberapa tulisan tentang brand yang saya tulis secara suka-suka. Baik secara ekslusif ataupun dalam format perbandingan.

Biasanya tulisan suka-suka tersebut saya berikan disclaimer di akhir artikel. Contohnya bisa dilihat di artikel tentang pengalaman menggunakan bank Aladin

Nah, ternyata ada saja tim internal dari brand yang saya tulis itu yang menghubungi email atau formulir kontak blog untuk menawarkan kerjasama. 

Jadi istilahnya semacam menyebar umpan lah ya.

Sementara kalau pengin dapat job dari pihak ketiga, cobalah bergabung dengan komunitas blogger. Tapi perlu diperhatikan sebagian komunitas blogger (terutama yang saya ikuti) tidak terlalu fokus pada persoalan duit, lebih banyaknya ke knowledge sharing dan upgrade skill

But dengan join komunitas, kita dan blog kita bisa dikenal lebih luas oleh orang banyak yang memungkinan kita mendapat job dari sana. Yang terpenting senantiasa menjaga hubungan baik dengan siapapun karena kita nggak pernah tahu rezeki untuk kita Allah titipkan lewat siapa.

Cara lainnya adalah sebanyak mungkin mencari tahu agency/manajemen profesional yang memang menjadi penghubung antara brand dan blogger. 

3. Berapa sih fee job blogger?

Setelah kita tahu bagaimana cara mendapatkan job dan aktivitas yang dilakukan, pertanyaan selanjutnya adalah berapa kita dibayar untuk job tersebut.

Untuk memudahkan pembacaan, saya buat pemetaan fee range dengan enam tiering. Yakni 'di bawah 50 ribu', '50 ribu - 249,999 ribu', '250 ribu - 499,999 ribu', '500 ribu - 749,999 ribu', '750 ribu - 1 juta', dan 'di atas 1 juta'.

Hasilnya, lebih dari 50% fee yang saya terima berada di kelompok kedua yakni di kisaran 50 ribu hingga 249,999 ribu.

Fee range job blogger selama 2022/Raja Lubis

Pengelompokan fee ini tidak hanya berdasarkan fee utama saja tapi juga benefit lain yang saya dapatkan.

Misalkan saya diundang untuk liputan event A dengan bayaran 200 ribu rupiah. Tapi dalam event tersebut saya mendapat goodiebag dan makan siang.

Saya akan menaksirnya dengan menggunakan metode HPS (Harga Perkiraan Sendiri). Anggaplah saya mendapatkan harga goodiebag sebesar 45 ribu dan makan siang 30 ribu. Sehingga total yang saya dapatkan adalah 275 ribu rupiah.

Maka fee untuk event A saya masukkan ke dalam kelompok yang ketiga bukan pada kelompok yang kedua.

Kalau ditanya kenapa, alasannya sederhana saja. Apapun yang saya dapat harus saya syukuri. Bahkan kadang ada juga lho yang nilai goodiebag-nya itu melebihi fee utama.

Saya pernah ikut acara sebuah lembaga perfilman. Goodiebag-nya sebuah tumbler yang kalau saya cek di supermarket harganya sekitar 165 ribu. Itu baru tumbler doang, belum goodiebag yang lainnya. Padahal fee-nya nggak sampai segitu.

Ada juga klien yang memberikan goodiebag sebuah Sweat Hoodie dari brand U****o yang harganya 549 ribu. Dan ini masih jadi goodiebag termahal yang pernah saya dapatkan dari sebuah event.

Sementara untuk doorprize atau hadiah kuis nggak saya masukkan dalam perhitungan ya. Karena nggak semua peserta bisa dapetin doorprize sebagaimana semua peserta mendapatkan goodiebag.

Selain persoalan goodiebag, job blogger juga terkadang bisa berupa barter. Artinya kita mendapat sejumlah barang/jasa tanpa dibayar dengan uang tunai.

Gimana saya menyikapinya?

Untuk job yang berupa barter biasanya saya pilih yang memang produk atau jasanya bermanfaat dan atau memang saya gunakan.

Semisal saya pernah mendapatkan job barter dari produk men's grooming. Produk yang diberikan cukup lengkap, mulai dari pembersih wajah, sampo, sabun mandi, gel rambut, hingga alat cukur.

Kalau dinominalkan sekitar 500 ribu rupiah. 

Saya ambil job ini karena produknya bermanfaat dan bisa saya gunakan. Plus juga hitung-hitung menghemat biaya perawatan tubuh yang biasa saya keluarkan setiap bulannya. 

4. Lama nggak sih dibayarnya?

Ngerti lah job blogger itu sebagian besar berdasarkan kesepakatan dan kepercayaan. Amat sangat jarang yang menggunakan MoU kecuali job yang berasal dari brand dan sifatnya paketan.

Kalau berdasarkan kepercayaan dan kesepakatan ya sudah tinggal nunggu saja fee job itu cair. Walau ada juga memang yang sudah memberikan statement di awal kalau fee akan cair dalam periode tertentu.

Timeline pembayaran fee yang dihitung dari tanggal report/Raja Lubis

Dari pengalaman saya sepanjang tahun kemarin, saya bagi periode fee cair dalam enam kelompok juga.

Mereka adalah 'di bayar di muka', '1-7 hari', '8-30 hari', '31-90 hari', 'di atas 90 hari', dan 'nggak dibayar-bayar'. 

Kok kelompok terakhir ngenes ya? Ya begitulah realitanya. Job blogger itu nggak selamanya berjalan mulus kok.

Saya bahas yang kelompok terakhir ya. Ada sebesar 1,64% dari job sepanjang 2022 yang sampai saat ini belum dibayarkan. 

Kondisi saat ini grup job WA-nya dikunci dan si PIC pun nggak kelihatan batang hidungnya. Terakhir kali si PIC ngechat marah-marah karena ada peserta yang nanya kepastian fee lewat japri.

Ada poin utama yang saya pelajari dari kasus ini yang erat kaitannya dengan manajemen abal-abal. 

Ceritanya begini. Masa kini, satu job yang sama bisa di-share oleh orang yang berbeda-beda dengan fee yang berbeda pula. Handle by... handle by ... gitu lah pokoknya.

Jadi bisa jadi, mereka yang share sebetulnya bukan orang pertama yang berhubungan langsung dengan brand. Alurnya tuh sudah kayak bantuan bansos yang makin ke bawah makin kecil karena sudah disunat di sana - sini.

Peristiwa sunat ini dijadikan semacam peluang oleh oknum dengan mengatasnamakan manajemen. Padahal akun media sosial saja nggak punya, pengurusnya juga hanya dia seorang. Tapi berani bikin manajemen hanya modal grup WA.

Disclaimer ya! Ini ditujukan bagi manajemen yang tidak amanah dalam menjalankan tugasnya. Kalau manajemen kamu amanah sekalipun pengurusnya kamu seorang, saya tidak sedang menyinggung kamu ya. 

Balik lagi ke 1,64% yang nggak dibayar itu, saya memilih mengikhlaskannya saja. Tapi jadi pelajaran juga untuk saya agar hati-hati memilih manajemen/agency. 

Ini bukan soal selektif atau sok milih-milih, tapi daripada kejadian lagi seperti ini, lebih baik saya mengurangi hal-hal yang berpotensi membuat sakit hati berkepanjangan. Ygy

Perkembangan job blogger dalam empat tahun terakhir

Sejak 2019, saya mulai rutin membuat catatan tentang job blogger yang saya terima. Biar lebih tertib administrasi, sekaligus juga bisa jadi bahan evaluasi bagi diri sendiri. 

Dari catatan tersebut, saya bisa memetakan perkembangan job blogger berdasarkan dua parameter. Pertama dari sisi jumlah job yang didapatkan. Kedua dari sisi total nominalnya.

Perkembangan job blogger berdasarkan jumlah/Raja Lubis

Grafik di atas menunjukkan perkembangan job blogger dari sisi jumlah job yang saya dapatkan. Pada tahun 2019, jumlah job yang saya terima masih bisa dibilang cukup. Tapi pada tahun 2020, jumlah job menurun drastis sebesar 39,29%.

Tahun 2020 awal-awal pandemi, memang tahun yang berat bagi sebagian besar masyarakat. Dana-dana promosi perusahaan banyak yang dialihkan untuk keperluan kesehatan. Yang secara tidak langsung memengaruhi job blogger.

Pada tahun 2021 memang ada peningkatan walau nggak signifikan. Hanya sebesar 24,07% saja.

Dan pada tahun 2022 kembali menurun seiring dengan isu resesi yang digulirkan pemerintah pada akhir-akhir tahun. Walau turunnya hanya 4,68% saja, dan keseluruhan job di 2022 masih lebih baik dibanding pada 2020.

Bagaimana dengan tahun 2023? 

Isu resesi masih saja membayangi dan membuat perusahaan juga menjaga dananya. Seenggaknya sampai dengan caturwulan pertama yang kerasanya begini.

Sampai dengan April 2023, jumlah job yang saya dapatkan baru sebesar 13,11% dari total yang saya dapatkan di 2022.

Perkembangan job blogger berdasarkan nominal/Raja Lubis

Sementara jika ditinjau dari total nominal, secara grafik perkembangan job blogger tidak jauh berbeda dengan parameter jumlah job.

Tapi angka penurunannya benar-benar drastis. Pada 2020 saja, nominal yang saya dapatkan menurun hingga 71,06%.

Bayangkan saja, walau secara jumlah penurunannya hanya 39,29% tapi secara nominal bisa mencapai 71,06%.

Selisih yang cukup besar ini bisa dibaca juga bahwa penurunan jumlah job blogger juga diikuti oleh penurunan fee-nya. 

Maksudnya, misal yang pada tahun 2019 fee posting 1 feed instagram itu 125 ribu, pada tahun 2020 hanya 75 ribu saja.

Walau begitu, pada tahun 2021, nominal job naik hingga 118%. Dan kembali turun lagi pada 2022, tapi tetap dengan total nominal yang masih lebih baik dari pada 2020.

Bagaimana dengan 2023?

Jika secara jumlah pencapaian sampai dengan April 2023 itu baru 13,11% saja dari 2022, untuk total nominal pencapaiannya sedikit lebih baik. Yakni 17,58% dari total yang didapatkan di 2022.

Walau angka tersebut sebetulnya masih di bawah rata-rata yang seharusnya. 

Artinya, jika saya ingin mendapat jumlah dan nominal yang sama dengan 2022, otomatis harusnya sampai dengan April 2023 pencapaian sudah berada di kisaran 33 - 34%.

Ya, semoga ada percepatan di bulan Mei hingga akhir tahun. Dan masih banyak perusahaan-perusahaan yang mengandalkan blogger sebagai mitra kerjanya. Aamiin YRA. 

Oia, saya sengaja menyembunyikan angka jumlah dan nominal karena setiap blogger pasti memiliki angka yang berbeda-beda. 

Tapi semoga data dan fenomena ini bisa dibaca dan diambil hikmahnya. Serta bisa dijadikan referensi dan wawasan baru bagi siapapun yang ingin menekuni dunia blogger. 

Untuk teman-teman blogger yang kebetulan terdampar di tulisan ini, boleh juga kok berbagi dapur jobnya di kolom komentar, agar tulisan ini makin kaya perspektifnya.

Semoga bermanfaat!  

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

46 comments

  1. Wah beneran dibongkar luar dalam soal job perbloggeran. Diakui memang ada penurunan, tapi masih ada dan beberapa beberapa kerjaan yang paketan sama sosmed. Kalau Saya masih menyaring yang sekiranya Saya mau, mampu dan sesuai bujetnya. Kalau ga biasanya langsung Saya tolak sih. Btw ayo optimalkan Tiktoknya. Kontennya pernah FYP di berandaku. Kalau tetap konsisten bisa hits lho
    1. Kuncinya memang ada di 'mau', 'mampu', dan 'sesuai', setuju sekali.

      Insya allah lagi dicoba meski TikTok ini agak berat juga ternyata aplikasinya ya.
  2. Pernah kerjasama dengan agency yang udahlah pembayarannya lama, eh suka telat pula. Ngemis-ngemis banget minta bayaran padahal kerjaan udah lama selesai. Yang kesel lagi itu blogger yang merusak harga pasaran lol.

    Dibandingkan beberapa tahun lalu, job semakin sepi (atau akunya aja kali ya yang gak dapet haha). Sebab kupikir banyak lari ke job bikin video sekarang.
    1. Hahha. Kayaknya memang 'aku aja yang nggak dapet'. Tapi lagi bergeser memang, lebih banyak di media sosial.
  3. keren analisis dan catatan keuangan di blognya mas, saya sendiri memetakan juga, tp dipertengahan jalan sudah tidak jalan lagi, lebih ke ngikut alur aja 😁
    1. Terima kasih. Let it flow saja lah ya.
  4. Lengkap banget ini reviewnya. Sedih sih, saking rendahnya minat baca anak Indonesia, berimbas ke pendapatan blogger yang makin sepi juga. Semoga ya ke depannya ada perubahan. Biar kerjaan blog juga nambah, ga konten2 video mulu
    1. Lebih ke arah kitanya yang memang harus beradaptasi, imho.
  5. Job blogger yg bayarannya di bawah 500 yaa disyukuri aja. Semoga 2023 dan selanjutnya makin banyak job ya kak buat kita.

    Trus job yg sepaket dengan sosmed itu nganu banget soalnya rata2 minta minimum 10.000 followers dan akhirnya ada yg nekat beli followers. Waduhh. Aku gak mau kayak gitu.

    Oh yaa kak Raja suka nonton Indonesian idol juga ternyata. Dukung siapa nih?
    1. Ya berapapun nominalnya tetap harus disyukuri, karena kan sudah jadi kesepakatan kita di awal.

      Indonesian Idol XII? Dukung Rony saja.
  6. bener banget ini, sekarang2 ini lebih banyak job media sosial dibanding job nulis di blog
    1. Ya, begitulah realitanya.
  7. Tapi untuk saat ini job untuk blogger yang daku ikutin seringkali nyari usia muda deh, jadi untuk usia 35 up ya untung²an deh hihiii😄
    1. Wah insight menarik. Emang ya usia mah nggak bisa dipalsukan.
  8. Aku masih maju mundur nih mau nge-branding apa buat akun TikTok. Selama ini di platform yang satu itu ya baru menayangkan tulisan fiksiku saja dan kubiarkan berkembang sendiri, nggak seperti Instagram yang sudah kujadikan salah satu penunjang untuk blogku. Hmm jadi terpikirkan juga deh. Soalnya memang kerjasama yang diterima di blog saat ini ya -- semester awal di tahun ini ya -- masih belum sepenuhnya menyamai yang tahun lalu sih tapi sudah cukup bisa bikin hati senang. Pada akhirnya, aku pun menarik kesimpulan yang sama, kalau menjadikan pekerjaan ngeblog secara full time, masih perlu banyak dilirik celah-celahnya.
    1. Nah, betul. Kalau udah memilih jadi blogger full-time, bener2 harus extra dan pintar cari peluang job.
  9. Wah, aku takjub lo baca ini. Keren dan rapi banget administrasinya. Ini juga jadi motivasi tersendiri buat blogger cupu sepertiku yang masih nulis asal suka aja di blog. Kalo ada job yang nyangkut ya alhamdulillah, kalo nggak ada ya sudahlah

    Tapi dari tulisan ini aku jadi termotivasi buat nulis konten yang lebih bermanfaat, kalo memang targetnya mau monetisasi blog. Karena selama inu masih jadi kaum yang meyakini "setiap tulisan pasti akan menemukan pembacanya".. Naif sekali ya aku ternyata. Hehe

    Makasih sharingnya mas.. Keren!! Semoga semakin lancar rezekinya ya...
    1. Terima kasih apresiasi dan doanya. Alhamdulillah jika bermanfaat.

      Soal "Setiap tulisan pasti akan menemukan pembacanya", rasanya tidak naif. Hanya perlu sedikit diusahakan saja.
  10. Sumprit, tulisan ini keren banget! Saya sepanjang baca ini jadi kepikiran, Kak, bikin tulisan ini prosesnya berapa lama? Soalnya main prosentase infografik segala euy! Tapi semua yang ditulis ini emang fakta banget. Yah endingnya emang tergantung kita pada akhirnya ya, mau tetap bertahan dan mengikuti tuntutan perkembangan job perblogeran, atau pilih jalan lain. Jujurly, kalau saya udah banyak pikir-pikir dengan semua fakta ini. Berat jendral! Ya karena faktor usia, ya urusan kejar-kejaran follower demi bisa dapat job berikut konsekuensi memenuhi laporan medsos, sampai maintaince blog sendiri biar DA DR PV dilirik brand. Rasanya udah siap-siap mau menegakkan bendera putih. Hahaha...
    1. Terima kasih. Kalau prosesnya berdasarkan data yang sudah dicatat sejak 2019. Sementara mengolahnya cukup di excel dan diekspor ke grafik.

      Rencana terbit awal tahun, tapi tertunda. Jadi pas menyelesaikan tulisan ini, bener-bener meluangkan waktu khusus.
  11. Hihihi aku senyum2 aja soal job 50 rb nyatanya masih aja ada yang ngambil walau terasa nyesek sih huhu.
    Tulisannya bagus kak, terutama memberi pengetahuan kepada yang belum jadi bloger. Bisa buat pertimbangan sebelum ikut nyemplung ngeblog ya.
    Eh tapi bener lho, job media sosial zaman skrng lbh banyak. Aku pribadi kalau ditawarin langsung aku bilang mending dengan blog sekalian jd fee bisa nambah dan aku tawarin paket lengkap. Kadang ada klien yang mau kadang ada yang keukeuh media sosial aja hehe.
    1. Terima kasih. Semoga bermanfaat.

      Nah, bagus ya ditawari dulu paket lengkap. Kalau mau ya syukur, kalau enggak ya udah ngikut aja. Ini juga bagus untuk perkenalkan blog ke klien. Karena bisa jadi sebetulnya klien yang menawarkan job tersebut belum paham betul tentang manfaat promo di blog.
  12. Sama kak. Aku udah 3 tahun terakhir bikin catatan job, dapet fee berapa, dan dapet benefit apa aja. Seneng aja gitu, jadi bisa ukur pendapatan dari blog dan sosmed. Sama jugaa, aku tahun 2021 dapetnya alhamdulillah, kalau diitung udah kayak kerja fulltime gaji UMR. Hehe semangat terus ngeblognya ya!
    1. Mantap. Nah pencatatan gini tuh sebagai apresiasi juga buat diri sendiri. Semangat terus juga ya ngeblognya.
  13. Wah gokil si dibongkar semua dan semu yg ditulis itu bener-bener saya alamin haha, emang sekarang zamannya sosmed photo atau video jadi kebanyakan job ya dikedua ranah itu, meskipun alhamdulillah saya masih nerima job nulis blog biar pun jarang. Mesti pinter-pinter ataur strategi biar bisa bertahan wkwk.

    -Dayu Anggoro
    1. Nah, sepakat. Pintar-pintarnya kita cari peluang.
  14. Ya begitulah memang fenomena job blogger ya bang Raja.
    Mungkin tambahannya kalau job mau kepilih maka kenalanlah lebih dekat dengan PIC alias adminnya. Walau sih udah kenal dekat pun belum tentu jaminan bisa dapat jobnya haha
    1. Sebuah trik yang menarik, hehe.
  15. Keren nih, tulisannya pake data. Soal job ini memang beragam ya mas. Saya pernah dpt job langsung dr brand, yg mana cuma minta pasang backlink di tulisan saya, dan fee-nya ratusan ribu, sejauh ini plg besar drpd yg lain. Ada juga yg disuruh nulis review, revisi ini itu, fee-nya receh. Tapi gpp, cukup disyukuri saja, aplg blogger pemula kayak saya. Udh dipilih aja udh syukur, hehe. Thanks tulisannya mas.
    1. Terima kasih

      Nah, iya. Yang penting tanggung jawab dengan job yang telah disepakati. Karena memang untuk harga dan SOW perblogger-an ini nggak ada standarnya.
  16. Wah keren banget kak sampai dibuat data statistiknya. Jadi kepingin coba bikin juga deh biar kelihatan seperti apa perkembangannya. Aku saat ini belum optimasi tiktok, kayanya nggak kepegang soalnya IG sama twitter aja udah mulai menurun nih performanya (efek sibuk sama kerjaan kantor). Tapi ya alhamdulillah ada aja sih job yang masuk meskipun sekarang saingannya sama yang muda-muda.
    1. Terima kasih. Ayo dibuat juga.
      Yang muda meresahkan ya. Xixi.
  17. Kalau aku sih, balik ke kebutuhan dapur masing masing. Pasang standar harga pun harus diikuti dengan performa blog yang bagus. Makin bagus blog, performa bagus juga, bloggernya bisa nentukan harga
    1. Yupz!
  18. Sama nih di bagian mulai kewalahan karena makin banyak job yang mengharuskan post di beberapa platform sekaligus. Rasanya bingung juga bagaimana caranya mengelola semuanya sekaligus. Apalagi karena masih kerja juga. Bagi yang tekun memang kebayang bakalan lumayan sih ya hasilnya, apalagi skill-nya makin sering dipakai juga akan makin terasah, jadi tugas/job pun bisa diselesaikan secara lebih efisien.
    1. Nah, alah bisa karena biasa ya. Harus pintar bagi waktu juga kalau masih memiliki pekerjaan lain.
  19. Detail banget persentase job sebagai blogger yang diterima kak Raja. Gimana cara hitungnya? Anyway, kalau buatku job blogger selama pandemi mereda lumayan aktif, baik offline dan online.
    1. Olah dari data yang sudah dicatat sejak 2019.

      Alhamdulillah ya. Mungkin di Jakarta dan sekitarnya, frekuensi offline jauh jauh lebih banyak daripada di Bandung yang setahun sekali saja sudah alhamdulillah. Hehe.
  20. Kamu rajin amat kakak bikin infografik penghasilan bloggermu. Tapi setuju sih prosentase terbesar kerjaan bloggingku memang dr medsos yaitu twitter Dan IG. Sampai saat ini kalau ada kerjaan blog post pasti nempel sama sosmed sih.

    Cuma karena blogging bukan penghasilan utamaku, jadi memang saya rada pemilih sih. Biasanya cuma ngambil job Dr teman2 yg udh lama kenal aja Dan topik sesuai minat.
    1. Xixixi. Lagi gabut, dan senang aja dengan data dan angka.

      Nah, selektif penting sih. Apalagi kalau sesuai minat, ngerjainnya juga lebih enjoy.
  21. Wah, aku suka quotenya kak Raja Lubis soal rejeki. Emang bener ya kak, kita tak pernah tau lewat siapa rejeki dari Allah dititipkan, penting banget ngerasa hubungan baik itu
    1. Terima kasih. Memang sepenting itu menjaga silaturahim (kecuali dengan mantan) hehe.
  22. aku seringnya lewat agency, mungkin persentasenya ga terlalu jauh dari punya mas Lubis. Aku join di beberapa management, ada satu job yang sama tapi fee nya berbeda, maklum pasti ada sunat sana sini, karena sudah berada di pihak yang kesekian kali.
    Memang secara nominal lebih enak kalau dari brand langsung, proses kerjanya juga langsung chit chat sendiri tanpa perantara
    1. Nah, salah satu enaknya dengan brand langsung tuh, proses kerjanya lebih enak aja.
  23. Lengkap banget ini, Bang. Aku sekarang tinggal di daerah, fulltime ngeblog tapi emang ga bisa ngandelin sepenuhnya dari blogging. Job medsos malah sering yang lumayan.
    Aku pernah malahan ga sengaja ikut acara BI, eh goodie bagnya mahal karena ga dapat fee. Memang bukan undangan sih tapi tumbler bisa dijual dari Lock n Lock hehe.
    Emang yang kerasa tuh waktu pencairan, Bang, kadang nunggu dan terpaksa berutang. Makasih sharingnya ssudah sangat mewakili
    1. Yoha..karena event di daerah memang masih jarang. Komunitas blogger daerah perlu terus menerus meyakinkan para pemangku kepentingan, seberapa berharganya blogger. Hehe.
Terima kasih sudah berkunjung ke RajaLubis. Tinggalkan jejak dengan mengisi kolom komentar yang ada. Kami tidak memoderasi kolom komentar, jadi silakan re-cek kembali sebelum berkomentar. Hindari komentar dengan memberikan link hidup, sapaan yang salah, dan atau kata-kata kasar.