Untuk informasi seputar review film dan info perfilman, silakan kunjungi RajaSinema

Menggali dan Menerapkan Inspirasi Menjaga Lingkungan dari Film Semes7a

Kita perlu #BersamaBergerakBerdaya menjaga bumi sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing.
Viral baru-baru ini di media sosial twitter, sekumpulan pegiat lingkungan yang menemukan tumpukan sampah di salah satu sungai di Jawa Barat.

Dalam video tersebut disertai narasi pembuka dengan sebuah pertanyaan. “Kalau sudah begini, siapa yang disalahin?”

Saya selalu percaya bahwa tidak ada kerusakan di muka bumi ini selain disebabkan oleh tangan-tangan manusia (yang jahil).

Dalam kasus penumpukan sampah tersebut, siapa lagi yang perlu dituding jadi penyebab selain kebiasaan manusia yang membuang sampah ke sungai.

Note: Sebetulnya persoalan membuang sampah adalah persoalan sepele yang seyogyanya manusia sudah paham untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dan lebih mengutamakan membuang sampah pada tempat yang disediakan.

Terkait persoalan sampah dan kelestarian lingkungan hidup, saya mau berbagi inspirasi dari film dokumenter Indonesia berjudul Semes7a (2018).

7 climate warriors dalam film Semes7a/Tanakhir Films

3 cara menjaga lingkungan hidup ala Semes7a

Secara pembacaan, Semes7a dibaca dengan semesta. Angka 7 yang disematkan dalam judul film tersebut merujuk pada 7 cara menjaga lingkungan hidup yang dilakukan oleh 7 climate warriors di 7 daerah berbeda di Indonesia.

Secara garis besar, upaya yang mereka lakukan dalam menjaga lingkungan didasarkan pada keyakinan, kepercayaan, dan tradisi masing-masing. Bagaimana memulihkan kembali hubungan manusia dan alam yang seharusnya tetap mendalam dan berkelanjutan.

Dari tujuh upaya yang bisa kita saksikan dalam film dokumenter tersebut, saya ikhtisarkan menjadi tiga langkah besar bagaimana cara menjaga lingkungan demi bumi yang berdaya dan pulih lebih kuat.

Dan tentunya, cara tersebut juga bisa kita adopsi dalam kehidupan sehari-hari.

1. Hentikan aktivitas sejenak terutama yang berkaitan dengan teknologi

Semes7a memulai filmnya dengan aktivitas peringatan Nyepi di Bali. Saat pelaksanaan Nyepi, Bali diistirahatkan dari berbagai kegiatan terutama yang menggunakan listrik dan teknologi. Ibarat kata, dalam sehari Bali seperti pulau mati.

Banyak para pakar yang sudah meneliti bahwasanya, perayaan Nyepi di Bali sangat berdampak positif bagi lingkungan. Salah satunya adalah pengurangan emisi karbon.

Salah satu penyebab emisi karbon adalah penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan karbon dioksida. Dan senyawa karbon tersebut akan dilepaskan ke atmosfer bumi yang semakin lama semakin menumpuk.

Dan jika tidak dilakukan upaya pengurangan akan berakibat pada perubahan iklim dan suhu bumi yang semakin panas.

Berdasarkan data dari Institute for Essential Service Reform (IESR) yang dipublikasikan pada 2020 berdasarkan data selama Nyepi 2019, Bali berhasil mengurangi emisi hingga 5.462, 74 ton karbondioksida dalam satu hari. (CNN Indonesia)

Artinya, walau mungkin sebagian besar mereka yang melaksanakan Nyepi merayakannya atas dasar keyakinan, tapi aktivitas mereka sudah memberikan dampak positif yang luar bisa bagi lingkungan.

Apa yang bisa kita pelajari dan terapkan dari sini?

Belajar perayaan Nyepi, nggak ada salahnya kita mengurangi frekuensi menggunakan kendaraan pribadi untuk aktivitas sehari-hari.

Bagi kita yang sering bepergian menggunakan kendaraan pribadi, bisa beralih sedikit demi sedikit ke transportasi umum.

Atau memulai membiasakan jalan kaki untuk jarak-jarak dekat. Sesederhana kalau kita pergi ke minimarket depan rumah, cukuplah berjalan kaki daripada menggunakan motor.

Saya sendiri seringkali pergi pulang ke kantor dengan berjalan kaki karena jarak antara rumah dan kantor hanya 1,5 kilometer saja.

Dan agar masyarakat terbiasa jalan kaki, peran pemerintah juga diperlukan terutama dalam hal kenyamanan dan perbaikan trotoar. 

Juga sikap saling menghargai di antara masyarakat lainnya. Soalnya, sekarang trotoar yang sering saya lewati, kebanyakan jadi tempat mangkal ojek online. 

Ilustrasi bagaimana kendaraan menghasilkan emisi karbon/theconversation.com

2. Menjaga hutan tetap hidup dan membuat lingkungan sekitar tetap asri

Dari Bali kita berpindah ke Sungai Utik, Kalimantan Barat. Di sini kita disuguhkan bagaimana cara masyarakat adat Suku Dayak Iban dalam menjaga dan mengelola hutan-hutan terbaik dunia.

Ada satu pepatah nenek moyang yang mereka pertahankan. Siapapun yang tinggal di hutan, maka isi di dalam hutan itu milik masyarakat adat yang menempatinya. Sehingga ada kewajiban untuk menjaga dan melestarikan hutan dan segala isinya.

Sebelumnya, kita yang tidak hidup dalam lingkungan masyarakat adat, kiranya perlu berterima kasih kepada mereka karena keberadaan mereka 'memperlambat' bumi dari kepunahan.

Musuh utama dari upaya mereka dalam menjaga hutan adalah illegal logging. Tentunya persoalan dan kekuatan hukum dari otoritas menjadi sangat penting untuk berpihak pada kepentingan lingkungan.

Tapi lupakan sejenak masalah hukumnya. Kita bisa meniru cara mereka dalam mempertahankan hutan dengan membuat 'hutan kecil' di pekarangan rumah kita.

Jika kita memiliki pekarangan rumah yang cukup luas, kita bisa menanam satu pohon di depan rumah kita. Tapi jika pekarangan rumah kita tak cukup luas, bisa menghiasnya dengan berbagai tanaman dan tumbuhan dalam pot saja.

Secara keilmuan, pohon dan tanaman akan membantu menyerap karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Sehingga bisa mengurangi emisi karbon yang dilepas ke atmosfer bumi.

Selain itu, lingkungan rumah juga menjadi lebih asri dan hijau. Dan percayalah, hal tersebut membuat kita betah untuk tinggal.

3. Menjaga kebersihan sungai dan menghemat penggunaan air

Mari kita lanjutkan perjalanan ke Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.

Di sini, film Semes7a memperlihatkan bagaimana perjuangan Romo Marsel yang memanfaatkan air sungai sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Dan listrik yang dihasilkan sebagian besar digunakan untuk penerangan aktivitas anak-anak belajar.

Tentunya, dengan memanfaat air sungai sebagai pembangkit listrik, telah membantu mengurangi emisi karbon, karena aktvitas ini tidak menghasilkan karbon. Komponennya ramah lingkungan.

Walau sebetulnya air di sungai di sini masih juga digunakan untuk kebutuhan sehari-sehari seperti minum, masak, mandi, hingga mencuci.

Tapi salutnya, warga sangat kompak menjaga kelestarian air sungai dengan tidak membuang sampah sembarangan. Selain itu, pemeliharan dan pengelolaan sungai dan turbin PLTMH dilakukan secara adil, gotong royong, dan proporsional.

Mengingat betapa air adalah sumber utama kehidupan manusia, please untuk tidak lagi membuang ke sungai.

Selain itu, kita juga bisa menghemat penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, tidak membuka keran terlalu besar ketika berwudu (bagi yang Muslim), agar air yang terbuang sia-sia tidak terlalu banyak.

Intinya, gunakan air secukupnya untuk keperluan sehari-hari. Karena setetes air yang sia-sia di tempat tinggal kita, sesungguhnya sesuatu yang berharga dan bermanfaat di kehidupan orang lain. 

Siapa yang bertanggung jawab terhadap masalah lingkungan?

Selama manusia hidup di bumi ini, maka menjaga bumi dan lingkungan adalah tanggung jawab kita semua. Kita perlu #BersamaBergerakBerdaya menjaga bumi sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing.

Jikalau mengacu pada konsep Pentahelix, maka harus ada sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat/komunitas, dan media dalam mewujudkan bumi yang terjaga dan lestari.

Berkaca dari pemaparan di film Semes7a, tentunya unsur masyarakat dan komunitas sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik. Mereka menjaga alam dengan caranya sendiri.

Sebagai blogger, saya juga bisa berkontribusi #UntukmuBumiku, dari sisi media dengan terus menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan melalui tulisan di blog atau media sosial.

Tapi semua itu tidak akan berhasil dengan sempurna, jika hanya satu atau beberapa pihak saja yang berusaha. Terutama persoalan lingkungan adalah isu global yang wajib mendapat ketegasan dan perhatian dari pemerintah.

Andai saja saya memiliki kesempatan sebagai pembuat pembijakan, ada beberapa program yang akan saya buat guna menjaga lingkung demi memitigasi risiko perubahan iklim dalam jangka waktu ke depan.

1. Perketat aturan larangan penggunaan kantong plastik di tempat belanja

Larangan penggunaan kantong plastik di supermarket, minimarket, dan tempat belanja lainnya memang sempat membuah heboh. Masyarakat dan pelaku usaha pun patuh pada aturan ini. Tapi nggak berapa lama kemudian, ingkar lagi.

Di Bandung misalnya. Saat ini para pelaku usaha masih menyediakan kantong plastik walau berbayar. Dari 200 rupiah hingga 1000 rupiah. Apakah ini menjadi solusi? Tidak!

Yang ada aktivitas ini menjadi ladang cuan baru bagi para pelaku usaha. Konsumen pun tidak teredukasi karena lebih memilih membayar kantong plastik yang nilainya hanya kecil saja dari total belanjaannya. 

Sehingga, tujuan utama program ini untuk mengurangi sampah plastik demi lingkungan yang lebih baik, tentu tak tercapai.

Yang bisa dijadikan contoh dan perlu dinasionalkan adalah penerapan penggunaan kantong plastik di kota Sukabumi.

Di kota kelahiran saya ini, tempat belanja tidak lagi menyediakan kantong plastik dan meminta konsumen membawa tas belanja sendiri. Dan aturan ini diterapkan dengan tegas.

Konsumen yang tidak membawa tas belanja, terpaksa membawa belanjaannya dengan tangan kosong. Saya pernah mengalaminya.

Sewaktu saya beli pizza di satu supermarket, saya harus menenteng pizza tersebut karena memang tidak disediakan kantong plastik.

Dengan aturan yang tegas dan kolaborasi yang apik antara pemerintah dan pelaku usaha, masyarakat jadi teredukasi untuk membiasakan diri membawa tas belanja sendiri jika akan berbelanja ke supermarket atau tempat belanja lainnya.

2. Gerakan satu hari jalan kaki bagi ASN

Selain membuat kebijakan, jajaran pemerintah juga harus menjadi contoh yang baik dalam menjaga lingkungan.

Waktu Pramuka dulu saya sempat mengikuti lomba gerak jalan sekitar 10 kilometer. Dan setiap regu dibekali dengan dua karung. Selama gerak jalan, setiap regu wajib memungut sampah yang ditemui dan berserakan di jalan yang kita lalui.

Nah, hal ini bisa diterapkan juga sebagai program jangka pendek untuk menjaga lingkungan.

Setidaknya satu hari dalam tiga bulan, seluruh ASN (Aparatur Sipil Negara) diwajibkan jalan kaki dari rumah menuju kantor. Dan dalam perjalanan, mereka diwajibkan setidaknya memungut satu sampah saja yang mereka temui.

Ada dua manfaat yang bisa didapatkan dari program ini.

Pertama, gerakan ini akan mengurangi frekuensi penggunaan kendaraan pribadi. Kedua, membuat lingkungan lebih bersih dan asri. 

Harapan jangka panjangnya, gerakan ini bisa jadi contoh dan edukasi yang baik bagi masyarakat untuk melakukan hal yang sama.

Tentunya, penerapannya bisa disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan di masing-masing instansi pemerintah. Dan bisa bekerjasama dengan komunitas/masyarakat setempat.

Nah, itulah beberapa hal kecil yang biasa saya lakukan demi bumi yang lebih baik. Yang disertai dengan harapan agar kita bisa bersama bergerak berdaya memelihara lingkungan tempat kita tinggal.

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”  

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

36 comments

  1. Terima kasih artikelnya sangat menginspirasi dan memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Saya terinspirasi untuk bergerak bersama dan berkontribusi dalam menjaga bumi kita. Bersama-sama, kita bisa menciptakan perubahan positif untuk masa depan yang berkelanjutan.
    1. Sama-sama.
  2. Sebenarnya, aku sendiri juga merasakan betapa cuaca di lingkungan sekitar tempat tinggalku lebih panas. Selain itu, soal penggunaan kantong plastik juga. Supermarket memang akhirnya malah memberikan plastik berbayar yang sebagian besar tetap diambil oleh konsumen. Jadi, sampah plastik ya memang tetap banyak.
    1. Nah betul. Yang ada kantong plastik berbayar ya dibeli konsumen. Kalau niatnya mengurangi sampah plastik, aturannya harus tegas.
  3. Ja, di kampung, saya melakukan semua itu, yang ada masyarakat setempat menentang saya. Haha .... Bagaimana tidak, masyarakat terbiasa buang sampah ke sungai. Padahal rumah saya percis samping sungai. RT nya aja malah bilang mau gimana lagi, abis ga ada pembuangan sampahnya... Miris bukan?
    Halaman kami dibiarkan rindang, eh tetangga komplen, katanya bala dedaunan mengotori halaman mereka juga. Ampun deh memang masyarakat di kampung saya ini
    1. Berarti perlu kerjasama bikin pembuangan sampah ya teh. Semoga next, nggak ada lagi yang buang sampah ke sungai.
  4. bener banget kita harus bisa mengurangi penggunaan plastik agar sampah juga bisa dikurangi
    1. Yupz!
  5. Iyaya, sedang marak”nya kasus pembuangan limbah / sampah di sungai” inii.. Padahal sampah tsb bisa menyebabkan berbagai macam penyakit terutama utk masyarakat yg tinggal di sekitar sungai..

    Setuju,, cukup dengan kita memulai menjaga bumi terindah ini dengan aktivitas sehari” yg dapat menjaga lingkungan alamnya dari kerusakan yaaa..
    1. Yes, dari diri sendiri dan dari hal kecil saja.
  6. Memang kita yang menjaga lingkungan karena dengan begitu lingkungan akan lebih baik kalau demikian siapa yang akan senang pastilah kita yang akan bahagia juga
    1. Ya.
  7. Pengen ngikutin yg dilakukan pandawara, tp baru bisa lingkup rumah aja. Hiks. Semoga kondisi bumi makin membaik dengan adanya gerakan ini #UntukmuBumiku
    1. Aaamiin.
  8. Aku ngikutin Pandawara Grup dan amazed sama aktivitas mereka buat membersihkan lingkungan. Memang ya lingkungan yang kotorakibat ulah manusia sendiri dan sebenarnya bisa dicegah.. Menarik nih dokumenter Semes7a. Semoga semakin banyak konten untuk jaga linkungan jadi makin banyak juga orang yang lebih aware lagi sama linkungan.
    1. Aaamiin. Semakin banyak konten positif tentang lingkungan, insya allah akan semakin banyak masyarakat yang aware terhadap kesehatan lingkungan.
  9. Saya sudah nonton videonya. Aksi mereka sangat membantu lingkungan tetap bersih. Tapi semoga saja malah gak muncul pemikiran yang menganggap mereka petugas kebersihan, sehingga membuatnya masih saja buang sampah sembarangan.
    1. Nggak tahu deh, kalau masih ada manusia yang berpikir seperti itu.
  10. jalan kaki nih yang saya belum bisa jalani dengan konsisten karena memang terbiasa naik motor ke mana-mana. kalau yang video pandawara itu aku juga ada lihat mas dan kagum banget sama anak-anak muda ini dengan aksi yang mereka lakukan membersihkan pantai dan sungai yang penuh sampah
    1. Mulai dari jarak dekat saja.
  11. Gimana ya, sekarang mah budayanya mager... Orang-orang ke mana-mana harus pake motor... Baru tadi pagi liat ada yang ke rumah pak rw (jaraknya engga sampai 500 m) pake motor... Sedih...
    1. Memang harus dibiasakan.
  12. Gerakan seperti di atas sangat berdampak bagi semua orang dan khususnya lingkungan, film seperti di atas itu pula harus banyak dibagikan agar semua masyarakat bisa tergugah menjaga lingkungan
    1. Yupz!
  13. Menjaga lingkungan ini udah harus gerak cepat dijalankan. Emisi karbon yang makin melenggang jangan biarkan bertambah banyak. Hayuuk kerja bersama
    1. Yuk!
  14. Aku sendiri berusaha untuk mengurangi penggunaan kantong plastik, kalau belanja aku usahakan bawa tas sendiri, terus kalau misalkan habis jajan dan belum nemu tempat sampah kayak permen misalnya, aku taruh dulu di tas.
    memang ya langkah kecil ini terlihat sepele, bisa aja bungkus permen yang ukurannya ga gede itu dibuang sembarangan, tapi aku sendiri berusaha untuk belajar menjaga lingkungan
    Meskipun kalau kendaraan umum di kotaku agak susah akses ke rumahku, jadi masih pakai motor kalau kemana-mana

    Dan bener juga bang, kalau trotoar dibuat senyaman mungkin, pejalan kaki bakalan betah buat jalan kaki. Kayak di Surabaya misalnya, aku nyantai aja jalan panas-panas di trotoar di sana, soalnya menurutku nyaman aja
    1. Mantap aksi kecilnya. Insya allah berdampak besar bagi lingkungan.

      Nah, memang penting juga membuat trotoar nyaman. Waktu saya ke Surabaya beberapa tahun lalu, memang cukup nyaman trotoarnya (walau suhu udara di sana memang panas ya).
  15. Sebenarnya saya pun ikut prihatin melihat masalah sampah di lingkungan sekitar/. Ketika saya sudah berusaha utk menerapkan buang sampah pada tempatnya, namun orang-orang yang lainnya masih pada suka membuang sampah sembarangan.

    memang benar, untuk urusan sampah itu biasa diajari dan dibudayakan sejak dini, dan tentunya butuh andil juga dari pemerintah
    1. Nah. Memang butuh gerakan bersama. Nggak cukup kita sendiri saja.
  16. Iya, ya mas. Selain hal-hal yang memang sifatnya boleh dibilang "kesengajaan manusia", faktor populasi juga bisa menjadi sebab terancamnya bumi kita dengan sampah. Dan film Semes7a ini sepertinya cocok ditonton bersama saat acara pertemuan warga :D
    1. Cocok sebagai sarana edukasi.
  17. Berharap banget kantong plastik udah ga dipake lagi. Jadi semua orang aware bawa tas kain/kardus aja kalau belanjaaannya banyak. Jalan kaki kalau di kota besar mayan euy banyak polusinya
    1. Kalau aturannya tegas bisa banget kantong plastik tidak dipakai lagi. Seenggaknya di supermarket2 modern.
  18. Terima kasih untuk tulisan dan inspirasinya, Mas. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk lebih peduli terhadap lingkungan sebagai seorang blogger yaitu dengan menuliskan kisah-kisah inspiratif di media ataupun di sekitar kita dengan menggaungkannya lewat tulisan-tulisan inspiratif seperti ini. Semoga bisa berdampak bagi para pembaca.
    1. Sama-sama.
Terima kasih sudah berkunjung ke RajaLubis. Tinggalkan jejak dengan mengisi kolom komentar yang ada. Kami tidak memoderasi kolom komentar, jadi silakan re-cek kembali sebelum berkomentar. Hindari komentar dengan memberikan link hidup, sapaan yang salah, dan atau kata-kata kasar.