Untuk informasi seputar review film dan info perfilman, silakan kunjungi RajaSinema

Ngobrol Bareng MPR RI: Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa

Media sosial itu bagai dua pisau mata uang. Ia bisa berdampak negatif atau positif, tergantung penggunanya.
Tim media sosial kami, melakukan eksperimen ke netizen Bandung dengan pertanyaan sederhana, apa itu MPR. Rupanya banyak juga yang nggak tahu tentang MPR ini

Pembuka tulisan yang sangat menggelitik ini disampaikan oleh Siti Fauziah, S.E.,M.M., Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Sekretariat Jenderal MPR RI, dalam kegiatan Ngobrol Bareng MPR RI pada Sabtu, 18 September 2021.

Saya sendiri jadi bertanya-tanya, apakah ia netizen yang diwawancarai tersebut sampai tidak mengetahui apa itu MPR atau minimal singkatannya. Seketika saya kilas balik ke masa sekolah dulu. 

Saya masih ingat ketika waktu jam pulang sekolah tiba, guru seringkali memberikan pertanyaan tentang nama-nama lembaga atau menteri sebagai syarat pulang. Aturannya, siapa murid yang bisa menjawab dengan benar, dia yang boleh pulang duluan.

Dan saya juga ingat ketika saya menjadi murid pertama yang menjawab benar pertanyaan guru, “Siapa nama Menteri Pendidikan Nasional?”

“Bambang Sudibyo”, jawab saya.

Lalu apa yang salah jika ternyata netizen saat ini tidak tahu apa itu MPR. Apa memang ada perubahan sistem pengajaran di sekolah, atau justru sosialisasinya yang kurang, atau memang ada faktor lain yang membuat netizen kurang dekat dengan MPR.

Sekilas tentang MPR RI

Sebelum kita lebih jauh menganalisa kenapa masyarakat kurang dekat dengan MPR, ada baiknya kita berkenalan dulu dengan MPR RI.

MPR RI sendiri adalah singkatan dari Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, sebuah lembaga tinggi negara yang salah satu tugasnya adalah melantik presiden dan wakil presiden hasil pemilihan umum.

Lalu apa bedanya dengan DPR dan DPD?

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) yang dipilih oleh rakyat setiap lima tahun sekali ini sebetulnya merupakan anggota MPR. Jadi keanggotaan MPR itu terdiri dari anggota DPR dan DPD. Secara tidak langsung ketika kita ikut pemilihan umum DPR dan DPD, otomatis kita juga sedang memilih anggota MPR.

Hal ini yang menurut saya menjadi salah satu faktor MPR kurang dikenal, karena setiap kali pemilihan umum yang ada di benak masyarakat adalah “nyoblos DPR”.

Gimana, gimana?

Mengenal empat pilar MPR RI

Salah satu visi MPR adalah sebagai rumah kebangsaan, pengawal ideologi Pancasila, dan kedaulatan rakyat. Untuk mewujudkan visi ini, MPR menggunakan salah satu alat bantu sosialiasi yang disebut dengan Empat Pilar MPR RI. 

Yang artinya adalah empat landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang terdiri dari landasan ideologi, konstitusi, persatuan dan kesatuan, dan semangat keberagaman sebagai modal sosial membangun kekuatan bangsa Indonesia.

Empat Pilar MPR RI tersebut adalah:

  1. Pancasila 
  2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
  3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
  4. Bhinneka Tunggal Ika

Setidaknya, hal kecil dan sedikit inilah yang wajib netizen tahu tentang MPR dan empat pilarnya. Lebih lanjut mengenai bahasan empat pilar MPR RI, kamu bisa baca materinya di bawah ini.

The Power of Bhinneka Tunggal Ika: Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa

Apapun temanya, saya MC-nya/parmadi

Beranjak dari visi dan misinya tersebut, MPR RI berusaha melakukan sosialisasi Empat Pilar ke berbagai kota, salah satunya Bandung. Ini merupakan kali kedua saya mengikuti acara sosialiasi yang dikemas dengan gaya yang santai.

Pertama pada November 2020 yang membahas secara umum tentang Empat Pilar MPR RI. Kedua adalah kegiatan kali ini yang membawa tema lebih spesifik yakni The Power of Bhinneka Tunggal Ika: Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa.

Kenapa menggunakan tajuk The Power of Bhinneka Tunggal Ika?

Selain merupakan bagian dari empat pilar MPR RI, Siti Fauziah menegaskan kalau Bhinneka Tunggal Ika adalah kekuatan utama bangsa Indonesia. Negara kita dianugerahi oleh Tuhan dengan banyak perbedaan mulai dari (namun tidak terbatas pada) perbedaan suku, ras, agama, dan juga keyakinan.

Perbedaan inilah seharusnya membuat Indonesia lebih bersatu lagi, dan bisa menghargai keragaman yang ada. Lebih lanjut Siti Fauziah menyinggung permasalahan media sosial yang kerap kali justru memicu perdebatan. Berkembangnya media sosial, belum seiring dengan pola pikir masyarakatnya.

Salah satu contohnya, adalah bagaimana orang begitu mudahnya menghujat bahkan memaki sesuatu yang berbeda dengannya di media sosial. Tapi lebih parahnya kebanyakan mereka lebih senang menggunakan second account (bukan akun real) untuk menghujat tersebut. 

Namun ketika orang yang dihujat itu membawa hal ini ke ranah hukum, biasanya orang yang tadinya dengan sangat berani mengeluarkan kata-kata kasar, hanya bisa menangis dan mengeluarkan kata maaf saja.

Lalu bagaimana dengan fenomena seperti ini, media sosial bisa turut serta membangun karakter bangsa?

Dari kiri ke kanan: Budi Muliawan, Siti Fauziah, Nurliya Apriyana (moderator)

Perspektif lain disampaikan oleh Budi Muliawan, S.H., M.H., selaku Kepala Bagian Pemberitaan Hubungan Antar Lembaga. Ia menambahkan kalau media sosial seharusnya bisa menjembatani masyarakat menjadi lebih dekat. Media sosial bisa digunakan juga untuk menjalin komunikasi dan diskusi terbuka dengan tetap mengedepankan asas saling menghargai dan menghormati.

Atas keyakinan inilah, Budi Muliawan percaya kalau media sosial bisa mendekatkan MPR dengan masyarakat. Oleh karena itu dalam bincang santai yang diselenggarakan di Hotel Crowne Plaza ini, pihak MPR RI secara khusus meminta saran, masukan, kritikan, dan aspirasi terkait media sosial MPR RI dari seluruh perwakilan netizen Bandung yang hadir.

Aspirasi netizen Bandung untuk MPR RI

Netizen Bandung berfoto bersama seusai menyampaikan aspirasinya/parmadi

Sungguh suatu kesempatan yang langka, ketika masyarakat bisa merasa dekat dengan lembaga tinggi negara dan ngobrol langsung dengan pimpinannya. Mungkin selama ini MPR terasa jauh dari masyarakat karena memang terlalu tinggi untuk disentuh. Sesuatu yang berjarak, terkadang sulit menjadi dekat.

Ketika akhirnya ada kesempatan untuk dekat, rupanya netizen Bandung tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ibarat rindu yang sedang membuncah, satu per satu netizen Bandung menyampaikan aspirasinya.

Aspirasi yang disampaikan pun sangat beragam. Mulai dari persoalan teknik mengelola media sosial, bagaimana membuat konten yang disukai netizen, hingga perkembangan-perkembangan terkini media sosial.

Semua aspirasi tersebut diterima dengan sangat baik oleh MPR RI. Tapi secara pribadi saya berharap, aspirasi yang sudah disampaikan oleh netizen Bandung betul-betul ditindaklanjuti sesuai dengan SOP atau aturan yang ada di MPR RI. Intinya jangan sampai semua ini hanya sebatas obrolan di meja makan, yang selesai ketika semua meninggalkan meja makan.

Namun dari lubuk hati yang paling dalam, saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada MPR RI karena dengan kegiatan seperti ini, artinya MPR RI sudah mencoba mendekatkan diri dengan masyarakat.

Bijak bermedia sosial versi saya

Ngobrol Bareng MPR RI: Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa/parmadi
 

Media sosial yang kita gunakan memang sepenuhnya hak kita. Mau dipakai untuk apa, mau posting apa, memang hak kita. Tapi orang yang bijak akan memikirkan betul-betul bagaimana menggunakan media sosial agar bisa bermanfaat sebaik mungkin.

Saya sendiri punya pakem yang saya buat sendiri, dan untuk saya patuhi sendiri terkait media sosial ini. Let's Go!

  • Tidak posting kebohongan dan provokasi
  • Tidak ikut menyebarkan peristiwa yang belum cover both side, atau ditelusuri kebenarannya

Biasanya di media sosial twitter, sebuah utas cepat viral karena kita nggak tahan untuk sekedar memberi like atau retweet. Padahal utas tersebut belum tentu juga kebenarannya. Sudah berapa kali kita kena prank, kasus Audrey? kasus JIS? atau yang terbaru kasus sumbangan 2 Triliun?

  • Pakai untuk giveaway

Daripada menyebar kebohongan, saya lebih senang menggunakan media sosial untuk ikut giveaway, kuis, atau sejenisnya. Dengan ini saya bisa mendapat barang-barang secara gratis. Jadi media sosial terasa manfaatnya. Tapi saya mohon maaf ya, untuk teman-teman yang sering kena tag, hehe.

Mengakhiri tulisan ini, semoga kita semua sama-sama bisa menggunakan media sosial dengan bijak. 

Dan boleh juga share di kolom komentar, bagaimana cara bijak kamu menggunakan media sosial.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

40 comments

  1. benar bingit, sekarang banyak orang yang saling hujat di medsos dan berujung di ranah hukum. yuk atuh bijaklah dalam bermedsos gaes
    1. Iya dong mesti hati-hati dan bijak di medsos, daripada menyesal akhirnya.
  2. Media sosial itu sangat luas. Banyak pengelola media sosial sebetulnya sudah membantu mengantisipasi supaya media sosial tidak sampai menjelekkan karakter bangsa.

    Twitter, contohnya, membatasi postingan yang bernada menghujat dan menjelek-jelekkan orang. Facebook juga, Instagram pun demikian.

    Tapi masalahnya, sepertinya pengelola media sosial besar tersebut baru bisa melakukannya dalam bahasa Inggris, belum sampai menyentuh ke bahasa Indonesia. Mungkin banyak staf media sosial yang tidak paham postingan-postingan berbahasa Indonesia yang bernada menghujat, sehingga postingan-postingan begini tidak dibatasi, sehingga tumbuh subur dan akhirnya merusak karakter bangsa.

    Kalau saya punya kesempatan, saya pingin kerja di sosial media dan bekerja yang simpel aja: Jadi juru sensor posting hujatan. Supaya semua posting hujatan bisa saya remove, kalau perlu user yang mem-posting-nya bisa saya blokir. Supaya media sosial dipakai untuk tujuan yang baik-baik, tidak merusak karakter orang.

    Saya kalau m…
    1. Nice, mbak Vick!
  3. Wah bagus ada edukasi buat netizen Bandung tentang MPR. Lebih dekat supa aspirasinya dapat disallurkan. Bagus banget rencananya.
    1. Ya, jadi bisa secara langsung menyampaikan aspirasinya.
  4. wah aku juga suka give away hehehe tapi blum pernah sih bikin GA hanya ikut aja, aku sepakat bahwa ujaran kebencian itu memang sangat bisa memicu provokasi
    1. Hayo dicoba jadi tuan rumah GA.
  5. setuju dengan prnsip tidak posting kebohongan atau provokasi, kadang orang suka gampang share materi yang ternyata bohong atau hoax bahkan provokasi. Parah banget soalnya efek dari sharing kaya gini
    1. Nah, soalnya warganet kita tampak belum sepenuhnya siap menghadapi era digital.
  6. Budaya malas ngecek langsung share lihat judulnya doang itu masih banyak jadinya hoax di Indonesia tuh banyak banget ya...hehe.... Belum lagi yang ingin viral dengan judul yang kadang2 jadi fitnah atau jauh dari isi.
    1. Yang penting viral dulu, minta maaf kemudian.
  7. Mungkinkah penyebabnya ada perubahan cara belajar?

    Dulu kan siswa harus "hafal mati", sekarang lebih ke pemahaman sehingga siswa gak mau capek2 ngafalin MPR itu apa DPR itu apa
    1. Bisa jadi, tapi perlu kajian mendalam lagi untuk sampai pada kesimpulannya.
  8. Jadi kepo deh, MPR punya tim media sosial gak ya atau ada media sosialnya gak? Tema obrolan yang masih jadi peer banget buat bangsa kita ya. Moga semakin sering ada obrolan seoertu ini, maka cerdas bermedia sisialnya akan semakin baik
    1. Xixi, bagian pembuka tulisan ini ada 'tim media sosial kami'. Kata kami merujuk pada MPR.

      Terus di bagian menjelang akhir dijelaskan juga kalau tujuan bincang santai kali ini lebih spesifik yakni meminta saran/kritikan terkait media sosial MPR.

      Hehe
  9. Dulu itu sering banget ya ada lomba 4 pilar MPR. Jadi lebih banyak pelajar yang teredukasi
    1. Wah, malah saya nggak ngeh ada lombanya. Bahkan saya sendiri tahu tentang 4 Pilar MPR RI ya karena acara ini.
  10. Nah bener nih kudu ati-ati deh jdn segala diceritain di sosmed haha.. keren nih Pemerintah harus makin banyak ngasih wadah untuk mengedukasi, bahkan buat semua kalangan ;)
    1. Yess, betul.
  11. Bener banget Kak, banyak manfaat yg bisa digunakan dari bermedia sosial. Lebih baik menebar kebaikan atau motivasi utk orang lain
    1. Agree!
  12. Media sosial memang menjadi media komunikasi intensif untuk saat ini. Orang2 bisa saling serang di sana tanpa memedulikan efek negatif nya. Oleh karena itu literasi media harus terus digaungkan agar pengguna medsos kian bijak dalam memanfaatkannya
    1. Sepakat banget, kuncinya di edukasi.
  13. iya juga sih..masih banyak masyarakat yang belum ngeh apa itu MPR. Mungkin karena itu tadi MPR terasa jauh dari masyarakat dan terlalu tinggi untuk disentuh. Dan jujur saya juga baru tau apa saja empat pilar MPR Ri hehe. Oya soal bijak bermedia sosial saya memanfaatkan medsos sebagai media untuk menambah wawasan dan mendapatkan tambahan penghasilan. Saya menghindari follow akun2 yang kurang bermanfaat seperti akun gosip misalnya. Dan menghindari sharing pesan sebelum benar2 yakin akan kevalidannya.
    1. Ah sama, saya juga baru ngeh 4 Pilar MPR RI dari acara ini.

      Dan tentu, sama juga perihal follow2an, saya juga ggak follow akun gosip atau lambe-lambean.
  14. Makanya memang perlu bijak dalam media sosial, karena dampaknya luar bisa yang belum kenal bisa lebih mengenal. Manfaatkan untuk kegiatan sosialisasi positif
    1. Sepakat!
  15. Sekarang ini bukan lidah tanpa tulang yang mampu menyakiti, tapi juga tarian jari di atas keyboard.

    Kadang aku juga heran sih, kok bisa mereka begitu mudahnya mengeluarkan tulisan yang menyakiti?

    Padahal medsos bisa dimanfaatkan untuk hal yang sangat bermanfaat. Seperti ikut giveaway juga lumayan banget kalau menang.
    1. Toss ah sesama pecinta giveaway
  16. Aih toss dulu Saya banget nih menjadikan medsos buat ikutan giveaway... Seru sih dapat banyak hadiah ya hihihi
    1. toss
  17. Semakin canggih teknologi, semakin mudah untuk orang-orang yang tidak bertanggung jawab menyebarluaskan informasi yang tidak benar alias hoax di media sosial. Banyak juga yang terpancing, ujung-ujungnya ribut.
    Nah, maka dari itu, kebijakan penggunaan social media ini penting sekali untuk mewujudkan karakter bangsa yang cerdas. Gak cuma melek teknologi, tapi tau manfaat yang benar juga.

    Saya juga suka menggunakan media sosial sebagai ajang untuk mencari penghasilan seperti ikutan give away dan meningkatkan personal branding
    1. Betul banget. Sebagai blogger mending gunakan media sosial untuk meningkatkan penghasilan dan personal branding.
  18. Kalau saya yang pasti harus terbiasa dan membiasakan diri untuk memfilter berita dulu sebelum disebar. Nah untuk konten-konten media sosial saya sih lebih ke arah content yang menyenangkan ya kaya destinasi wisata, diskonan. ya yang tujuannya buat menyegarkan pikiran dan hati.
    1. Kebiasaan filter yang baik mas.
  19. Bagus bànget acara seperti ini di buat rutin berjadwal seluruh penjuru Indonesia semacam tour keliling Indo, agar seluruh masyarakat lebih dekat dengan MPR.
    Untuk dunia per-hoax-an agak sulit nih diatasi karena budaya manusia forward, share tanpa filter sudah mendarah daging. Beda dengan kaum yang sudah teredukasi.
    1. Kayaknya memang ada tour ke beberapa kota lainnya.
  20. Mas Raja memang kalau liat konten media sosialnya sudah sangat bijak dan bisa dijadikan panutan
    1. Aih..., terima kasih apresiasinya.
Terima kasih sudah berkunjung ke RajaLubis. Tinggalkan jejak dengan mengisi kolom komentar yang ada. Kami tidak memoderasi kolom komentar, jadi silakan re-cek kembali sebelum berkomentar. Hindari komentar dengan memberikan link hidup, sapaan yang salah, dan atau kata-kata kasar.