Trio Macam ala Manrisk |
Yupz, postingan kali ini saya akan ngebahas petualangan Trio Macan di Kota Jogjakarta. Eitts, tapi bentar dulu ini bukan Trio Macan yang nyanyi Iwak Peyek apalagi Trio Macan (pake 2000) yang lagi happening di twitter atas kicauan-kicauannya. Bingung juga sich, kok Macan bisa berkicau? heheheh. Lalu kalau bukan mereka siapa dong...??? Lets Go, saya akan perkenalkan dulu Trio Macan yang akan menjadi tokoh utama dalam postingan kali ini.
Saya akan perkenalkan Macan yang pertama yaitu saya sendiri. Nama saya Raja. Ayoo, ada yang bisa tebak yang mana saya? Yang jelas sebelah kiri saya adalah Macan 2 dan sebelah kanan saya Macan 3, berarti tahu dong yang mana saya?
Saya akan perkenalkan Macan yang pertama yaitu saya sendiri. Nama saya Raja. Ayoo, ada yang bisa tebak yang mana saya? Yang jelas sebelah kiri saya adalah Macan 2 dan sebelah kanan saya Macan 3, berarti tahu dong yang mana saya?
Siip betuul banget, saya yang tengah yang pake kaos batik. Lalu ada Macan 2 yang pake kaos berkerah warna biru. Namanya Adit. Hm, dia itu orangnya pendiam tapi baik hati. Pengagum NOAH sejati, malah gaya-gayanya suka dimirip-miripin ma vokalisnya si Ariel itu. Selanjutnya yang pake kaos berkerah warna merah, dialah si Macan 3, namanya Mega. Btw kaos yang dipake Mega ma Adit sama lho kawan, cuman beda warna aja, hahahah. Ada Apa ya? Biarlah itu urusan mereka berdua.
Kita mulai yuk petualangannya sekarang, ayo kita flashback ke masa lampau (agak lebay dikit padahal tuh baru awal Juni 2013 kemarin ini petualangan terjadinya).
Minggu, 2 Juni 2013
Huft, nggak enak juga sich harus bepergian ke luar kota di hari libur, tapi ya gimana lagi kami para Macan harus berangkat ke Jogja dalam rangka Jihad, hahah, tapi bukan Jihad perang ini Jihad melaksanakan tugas kantor.
Kami berangkat dari Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara Bandung. Yach, kalau dari Bandung susah kalau mau naik Garuda, akhirnya kami naik "Singa Udara". Dan ternyata delay dong kawan-kawan. Hm, tapi gak apa apa sich. Akhirnya kami harus menunggu sekitar 30 menit. Dan si singa itu pun datang. Kami berebut masuk (tapi nggak kayak rebutan sembako kok, soalnya pasti kebagian kan udah pada pegang tiket masing-masing).
Si Singa muter-muter dulu di bandara sebelum akhirnya melesat jauh ke ketinggian. Wuih....kurang lebih satu jam sepuluh menit kami bertaruh nyawa di udara. Dan perlu kami syukuri, Alhamdulilah kami bisa tiba di Bandara Udara Adi Sucipto Jogjakarta dengan selamat. Sampai jumpa lagi ya Singa.
Waktu menunjukkan pukul empat sore lebih dikit waktu Jogjakarta (hahah, gak ada perbedaan jam kok dengan Bandung). Kami pun menunggu driver yang katanya sudah standby untuk mengantar kami ke hotel untuk kami menginap. Yupz, ternyata kami dibawa ke Ibis Styles Dagen yang dulunya bernama All Seasons.
Cukup rumit juga pemilihan hotelnya, karena saat itu musim liburan anak sekolah dan hotel-hotel pada penuh. Capek dan stress (lebay dikit) dalam milih-milih hotel, tapi kalau nanti lagi ke Jogjakarta, nggak usah pusing pikirin hotel. Caranya? Gampang tinggal pake jasa online booking hotel.
Ok, back to topic, dan proses check in pun berlangsung. Kami mendapat kamar di lt.6.
Suasana Dalam Kamar Superior Ibis Styles Dagen |
Ya, kurang lebih seperti inilah dalamnya kamar superior di Ibis Styles Dagen. Dengan harga 600++, padahal kalo pake jasa online booking bisa hanya sekitar 400++, nyesel baru tahu voucher hotel sekarang. Ya sudah, akhirnya kami berpisah menuju kamar masing-masing, dan macan siap menerkam seluruh isi yang ada di dalam kamar. Sebelumnya telah disepakati oleh para macan, kami akan keluar (istilah kerennya hang out) mulai pukul 7 malam.
Tanpa menunggu lama jam 7 malam pun tiba dengan sendirinya. Bukan ke Jogja namanya jika tidak ke Malioboro. Kami cukup jalan kaki ke Malioboro mengingat jarak dari hotel kesana pun tidak terlalu jauh. Mulai dari Malioboro Atas hingga Malioboro Bawah (yang ada Mirota Batik) dan kemudian sampai di titik nol Jogjakarta.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Selatan (serasa film Kera Sakti) hingga sampai di alun-alun utara. Cukup lelah juga dan kami sadar belum mengisi bahan bakar untuk perut kami. Akhirnya kami memutuskan untuk naik becak. Berapa becak kawan? Cukup satu. Kami bertiga naik satu becak (sayang yang ini nggak ada fotonya) dan dibawanya kami oleh si abang (eh mas kali ya) tukang becak ke pusat gudeg yakni di Wijilan.
Disinilah para macan menyantap gudeg. Jujur sich, saya pribadi nggak terlalu suka gudeg, kenapa? Aduh..manis banget. Soalnya udah manis, makan gudeg takut tambah manis. Wkwkwkwkwk. Engga denk, becanda. Memang saya nggak terlalu suka makanan yang manis-manis, beda dengan si Macan 3, maklumlah dia masih ada keturunan Jogjakarta juga.
Setelah dari Wijilan tentunya kami tak langsung balik ke hotel. Dengan masih menggunakan becak kami berkeliling ke toko - toko sekitar alun-alun. Dipikir-pikir, kasian juga si mas becak, tapi ya bagaimana lagi, justru itu lah pekerjaannya. Dengan mengayuh becak setiap hari, mungkin beliau bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Ah ya sudahlah. Akhirnya kami memutuskan balik ke hotel. Hanya dengan 50 rebu perak (rupiah-red), kami puas berbecak ria dengan si mas yang ramah dan baik hati.
Senin, 3 Juni 2013
Hm, inilah hari pertama yang bisa dibilang menyebalkan. Kenapa? Karena kami ke Jogja tentunya dengan tujuan utama tugas dari kantor. Tugasnya adalah mengikuti Pendidikan & Pelatihan Manajemen Risiko Perbankan yang diselenggarakan oleh salah satu penyedia jasa training di Jogjakarta.
Pelatihan dimulai pada pukul 08.30 WIJ (Waktu Indonesia bagian Jogjakarta), dan dibuka oleh direktur perusahaan tersebut. Menghadirkan akademisi dari Universitas ternama di Jogjakarta, membuat kami banyak menerima ilmu baru mengenai Manajemen Risiko Perbankan. Heheheh, tapi bagian ini tidak perlu saya ceritakan panjang lebar ya soalnya bukan pada tempatnya.
Singkat cerita pelatihan selesai pukul 16.30 WIJ. Petualangan hari ke-2 di Jogja pun akan segera dimulai. Seperti biasa kami janjian hang out jam 7 malam. Tujuan utamanya adalah belanja oleh-oleh, Jadinya belanjanya dicicil, biar nggak numpuk pas di hari terakhir. Pastinya, Malioboro kembali menjadi favorit. Namun kali ini rute sedikit berbeda.
Sebelum perjalanan, tentunya isi bahan bakar dulu. Tidak lagi ke Wijilan, namun kami memilih lesehan di Malioboro atas yang menyediakan banyak menu mulai ikan bakar, pecel lele hingga ayam bakar. Dalam masa penantian, menunggu pembakaran ikan (maksdunya ikan bakar), kami didatangi oleh seorang satria bergitar (tapi bukan Oma Irama) dan meminta izin untuk mendendangkan sebuah lagu.
Pastinya, Jogjakarta milik Kla Project jadi andalan disini. Siapapun yang nyanyi (meski suaranya pas-pasan), lagu ini memang punya daya tarik yang kuat bagi para pendengarnya. Kami pun tak puas sampai disitu, sebelum satria bergitar itu berpindah tempat (ke bangku sebelah kami, dan masih kedengeran suaranya), kami request satria tersebut untuk menyanyikan lagu favorit kami.
Saya request Sandiwara Cinta milik Repvblik, Adit request Separuh Aku nya NOAH, dan Mega, aduh saya lupa dia request lagu apa. Totally 7 lagu sudah yang satria bergitar tersebut persembahkan untuk kami. Sebagai balasannya beberapa lembaran ribuan rupiah dan kepingan (100,200,500) rupiah seketika berpindah kepemilikan.
Setelah bahan bakar dirasa cukup, perjalanan pun dimulai. Kami susuri jalanan Malioboro dari satu toko ke toko yang lainnya. Tentunya kami memiliki kepentingan masing-masing. Belanja di Malioboro nggak akan pernah ada habisnya. Nah, jadi buat kawan-kawan yang akan mengunjungi Jogjakarta, carilah hotel yang deket-deket Malioboro ya, banyak kok mulai dari hotel berbintang hingga hotel yang seratus ribuan.
Hoaammm..Ngantuk juga lanjut ke cerita esok hari ya!!!
Selasa, 4 Juni 2013
Hm, kegiatan hampir sama kalau di pagi hari, yakni menerima materi. Petualangan kita mulai dari sore hari aja ya. Skenario berpindah pada BlackBerry si Mega yang rusak. Dengan baik hati, panitia training menawarkan diri untuk mengantar kami ke JogjaTronik.
Tanpa menunggu lama jam 7 malam pun tiba dengan sendirinya. Bukan ke Jogja namanya jika tidak ke Malioboro. Kami cukup jalan kaki ke Malioboro mengingat jarak dari hotel kesana pun tidak terlalu jauh. Mulai dari Malioboro Atas hingga Malioboro Bawah (yang ada Mirota Batik) dan kemudian sampai di titik nol Jogjakarta.
Kami pun melanjutkan perjalanan ke Selatan (serasa film Kera Sakti) hingga sampai di alun-alun utara. Cukup lelah juga dan kami sadar belum mengisi bahan bakar untuk perut kami. Akhirnya kami memutuskan untuk naik becak. Berapa becak kawan? Cukup satu. Kami bertiga naik satu becak (sayang yang ini nggak ada fotonya) dan dibawanya kami oleh si abang (eh mas kali ya) tukang becak ke pusat gudeg yakni di Wijilan.
Disinilah para macan menyantap gudeg. Jujur sich, saya pribadi nggak terlalu suka gudeg, kenapa? Aduh..manis banget. Soalnya udah manis, makan gudeg takut tambah manis. Wkwkwkwkwk. Engga denk, becanda. Memang saya nggak terlalu suka makanan yang manis-manis, beda dengan si Macan 3, maklumlah dia masih ada keturunan Jogjakarta juga.
Setelah dari Wijilan tentunya kami tak langsung balik ke hotel. Dengan masih menggunakan becak kami berkeliling ke toko - toko sekitar alun-alun. Dipikir-pikir, kasian juga si mas becak, tapi ya bagaimana lagi, justru itu lah pekerjaannya. Dengan mengayuh becak setiap hari, mungkin beliau bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Ah ya sudahlah. Akhirnya kami memutuskan balik ke hotel. Hanya dengan 50 rebu perak (rupiah-red), kami puas berbecak ria dengan si mas yang ramah dan baik hati.
Senin, 3 Juni 2013
Hm, inilah hari pertama yang bisa dibilang menyebalkan. Kenapa? Karena kami ke Jogja tentunya dengan tujuan utama tugas dari kantor. Tugasnya adalah mengikuti Pendidikan & Pelatihan Manajemen Risiko Perbankan yang diselenggarakan oleh salah satu penyedia jasa training di Jogjakarta.
Pelatihan dimulai pada pukul 08.30 WIJ (Waktu Indonesia bagian Jogjakarta), dan dibuka oleh direktur perusahaan tersebut. Menghadirkan akademisi dari Universitas ternama di Jogjakarta, membuat kami banyak menerima ilmu baru mengenai Manajemen Risiko Perbankan. Heheheh, tapi bagian ini tidak perlu saya ceritakan panjang lebar ya soalnya bukan pada tempatnya.
Singkat cerita pelatihan selesai pukul 16.30 WIJ. Petualangan hari ke-2 di Jogja pun akan segera dimulai. Seperti biasa kami janjian hang out jam 7 malam. Tujuan utamanya adalah belanja oleh-oleh, Jadinya belanjanya dicicil, biar nggak numpuk pas di hari terakhir. Pastinya, Malioboro kembali menjadi favorit. Namun kali ini rute sedikit berbeda.
Sebelum perjalanan, tentunya isi bahan bakar dulu. Tidak lagi ke Wijilan, namun kami memilih lesehan di Malioboro atas yang menyediakan banyak menu mulai ikan bakar, pecel lele hingga ayam bakar. Dalam masa penantian, menunggu pembakaran ikan (maksdunya ikan bakar), kami didatangi oleh seorang satria bergitar (tapi bukan Oma Irama) dan meminta izin untuk mendendangkan sebuah lagu.
Pastinya, Jogjakarta milik Kla Project jadi andalan disini. Siapapun yang nyanyi (meski suaranya pas-pasan), lagu ini memang punya daya tarik yang kuat bagi para pendengarnya. Kami pun tak puas sampai disitu, sebelum satria bergitar itu berpindah tempat (ke bangku sebelah kami, dan masih kedengeran suaranya), kami request satria tersebut untuk menyanyikan lagu favorit kami.
Saya request Sandiwara Cinta milik Repvblik, Adit request Separuh Aku nya NOAH, dan Mega, aduh saya lupa dia request lagu apa. Totally 7 lagu sudah yang satria bergitar tersebut persembahkan untuk kami. Sebagai balasannya beberapa lembaran ribuan rupiah dan kepingan (100,200,500) rupiah seketika berpindah kepemilikan.
Setelah bahan bakar dirasa cukup, perjalanan pun dimulai. Kami susuri jalanan Malioboro dari satu toko ke toko yang lainnya. Tentunya kami memiliki kepentingan masing-masing. Belanja di Malioboro nggak akan pernah ada habisnya. Nah, jadi buat kawan-kawan yang akan mengunjungi Jogjakarta, carilah hotel yang deket-deket Malioboro ya, banyak kok mulai dari hotel berbintang hingga hotel yang seratus ribuan.
Hoaammm..Ngantuk juga lanjut ke cerita esok hari ya!!!
Trio Macan Dadakan (kok si saya jd chubby gitu) |
Selasa, 4 Juni 2013
Hm, kegiatan hampir sama kalau di pagi hari, yakni menerima materi. Petualangan kita mulai dari sore hari aja ya. Skenario berpindah pada BlackBerry si Mega yang rusak. Dengan baik hati, panitia training menawarkan diri untuk mengantar kami ke JogjaTronik.
Tampak Depan JogjaTronik. Klik Sumber |
Waaw... ini kalau di Bandung, semacam BEC (Bandung Electronic Center). JogjaTronik dengan taglinenya Pusat IT-nya Jogja, memang cukup lengkap dalam menawarkan barang - barang komputer dan electronik seperti game atau gadget lainnya.
Setelah berputar-putar ria, kami menemukan Blackberry Service Center yang terletak di ujung (nggak tahu ujung selatan, utara, barat apa timur) JogjaTronik. Namun karena tidak bisa service langsung pada hari H, maka kami tidak jadi service disana dan memutuskan untuk kembali ke hotel saja.
Kami istirahat kurang lebih satu jam saja, dan kembali pada pukul 7 malam petualangan dimulai. Nah, kami memulai petualangan dengan makan malam di Banyu Mili Restaurant. Ini service gratis dari panitia untuk para peserta diklat. Hm, bagus juga strateginya. Kami pun diantar oleh mobil operasionalnya.
Perjalanan malam yang gelap (ya iyalah, mana ada malam yang terang) dan juga dingin, tidak begitu terasa karena sepanjang jalan kami pun bersenda gurau. Oia, udah saatnya saya perkenalkan dua tokoh baru yakni Course Leader Conversa Indotama yang selalu setiap saat (Rexona kali ah) menemani kami, namanya Santy. Satu lagi driver yang sangat berjasa mengantar kami berkeliling kota Jogja, yang ini namanya ????... Aduh lupa denk beneran.. Heheeh, maaf ya...!!!
Singkat cerita kami tiba di Banyu Mili Restaurant. Rupanya ini restoran yang menyediakan Sea Food. Sebetulnya nggak terlalu spesial sich untuk makanannya, tapi yang spesial adalah fasilitas karaokenya. Hm, puluhan lagu kami nyanyikan. Setelah puas berkaraoke ria, kami pun memutuskan pulang ke hotel, namun sebelumnya kami sempatkan dulu kembali jalan-jalan ke Malioboro.
Rasa lelah pun melanda, tak terasa, tubuh pun sudah berada di atas kasur di dalam hotel. Ah... Ajaib.. Lanjut hari esok...
Setelah berputar-putar ria, kami menemukan Blackberry Service Center yang terletak di ujung (nggak tahu ujung selatan, utara, barat apa timur) JogjaTronik. Namun karena tidak bisa service langsung pada hari H, maka kami tidak jadi service disana dan memutuskan untuk kembali ke hotel saja.
Kami istirahat kurang lebih satu jam saja, dan kembali pada pukul 7 malam petualangan dimulai. Nah, kami memulai petualangan dengan makan malam di Banyu Mili Restaurant. Ini service gratis dari panitia untuk para peserta diklat. Hm, bagus juga strateginya. Kami pun diantar oleh mobil operasionalnya.
Perjalanan malam yang gelap (ya iyalah, mana ada malam yang terang) dan juga dingin, tidak begitu terasa karena sepanjang jalan kami pun bersenda gurau. Oia, udah saatnya saya perkenalkan dua tokoh baru yakni Course Leader Conversa Indotama yang selalu setiap saat (Rexona kali ah) menemani kami, namanya Santy. Satu lagi driver yang sangat berjasa mengantar kami berkeliling kota Jogja, yang ini namanya ????... Aduh lupa denk beneran.. Heheeh, maaf ya...!!!
Singkat cerita kami tiba di Banyu Mili Restaurant. Rupanya ini restoran yang menyediakan Sea Food. Sebetulnya nggak terlalu spesial sich untuk makanannya, tapi yang spesial adalah fasilitas karaokenya. Hm, puluhan lagu kami nyanyikan. Setelah puas berkaraoke ria, kami pun memutuskan pulang ke hotel, namun sebelumnya kami sempatkan dulu kembali jalan-jalan ke Malioboro.
Rasa lelah pun melanda, tak terasa, tubuh pun sudah berada di atas kasur di dalam hotel. Ah... Ajaib.. Lanjut hari esok...
Si saya yang lagi duet dangdutan Kopi Dangdut di BanyuMili Restaurant |
Rabu, 5 Juni 2013
Ini adalah hari terakhir pelatihan. Namun karena jadwalnya sudah dipadatkan, maka hari ini adalah saatnya rekreasi wisata kota Jogjakarta secara full time. Rombongan berangkat satu mobil yakni saya, Mega, Adit, Santy, Driver dan ada satu tokoh baru, sebuat saja Nita. Dia juga peserta pelatihan namun berbeda dengan pelatihan yang kami ikuti.
Oia, kita mulai petualangannya. Tujuan pertama adalah Ullen Sentalu. Hah, apaan tuh? Jujur sudah beberapa kali ke Jogja tapi saya nggak tahu Ullen Sentalu. Selidik punya selidik ternyata Ullen Sentalu adalah sebuah museum tentang Keraton Solo dan Keraton Jogjakarta. Perjalanan kesana pun memakan waktu yang cukup lama. 2 jam kawan (ini dari Hotel Ibis Styles Dagen). Akhirnya tiba juga disana, dan kami pun tidak melewatkan foto-foto di depan museum karena kalau di dalam dilarang mengambil objek apapun.
Ini adalah hari terakhir pelatihan. Namun karena jadwalnya sudah dipadatkan, maka hari ini adalah saatnya rekreasi wisata kota Jogjakarta secara full time. Rombongan berangkat satu mobil yakni saya, Mega, Adit, Santy, Driver dan ada satu tokoh baru, sebuat saja Nita. Dia juga peserta pelatihan namun berbeda dengan pelatihan yang kami ikuti.
Oia, kita mulai petualangannya. Tujuan pertama adalah Ullen Sentalu. Hah, apaan tuh? Jujur sudah beberapa kali ke Jogja tapi saya nggak tahu Ullen Sentalu. Selidik punya selidik ternyata Ullen Sentalu adalah sebuah museum tentang Keraton Solo dan Keraton Jogjakarta. Perjalanan kesana pun memakan waktu yang cukup lama. 2 jam kawan (ini dari Hotel Ibis Styles Dagen). Akhirnya tiba juga disana, dan kami pun tidak melewatkan foto-foto di depan museum karena kalau di dalam dilarang mengambil objek apapun.
Foto-foto di depan Ullen Sentalu sebelum masuk museum |
Salah satu koleksi di Ullen Sentalu |
Di Pintu Keluar Ullen Sentalu (emang macan yang satu ini mesum) |
Hanya dengan 25rb perak, kami bisa masuk ke Ullen Sentalu (harga saat itu) |
Bosan dengan Ullen Sentalu, kami pun melanjutkan petualangan. Namun sebelumnya kami singgah dulu di rumah makan di Jalan Cangkringan. Ah, nggak usah banyak diceritain kalau masalah makan, nanti kawan-kawan pada ngiler lagi. Hehehe.
Lanjut kami ke pantai. Pantai mana? Parang Tritis? Oh, No...!!! Sebelum ke pantai, kami pergi ke bandara dulu, kebetulan Nita harus pulang ke Jakarta hari ini. Hm, sedih juga ya bersama dia hanya sebentar sekali, tapi yak nggak apalah, mudah-mudahan bisa ketemu lagi di lain waktu. Now, saatnya pantai........!!!
Bukan Parang Tritis yang kami kunjungi, ternyata Jogja punya pantai yang tak kalah dan indah bagusnya dibanding Parang Tritis. Apa itu? Ini dia Indrayanti Beach. Nah, bagaimana penggambarannya lihat saja gambar-gambar hasil jepretan kami ya, pokoknya pantainya bersih, pasirnya putih dan keren banget, nyesel kalau ke Jogja nggak ke Indrayanti.
Lanjut kami ke pantai. Pantai mana? Parang Tritis? Oh, No...!!! Sebelum ke pantai, kami pergi ke bandara dulu, kebetulan Nita harus pulang ke Jakarta hari ini. Hm, sedih juga ya bersama dia hanya sebentar sekali, tapi yak nggak apalah, mudah-mudahan bisa ketemu lagi di lain waktu. Now, saatnya pantai........!!!
Bukan Parang Tritis yang kami kunjungi, ternyata Jogja punya pantai yang tak kalah dan indah bagusnya dibanding Parang Tritis. Apa itu? Ini dia Indrayanti Beach. Nah, bagaimana penggambarannya lihat saja gambar-gambar hasil jepretan kami ya, pokoknya pantainya bersih, pasirnya putih dan keren banget, nyesel kalau ke Jogja nggak ke Indrayanti.
Welcome Drink (minumnya air laut) Indrayanti Beach |
Woiz, lelah juga bermain pasir dan berfoto ria di Indrayanti Beach, bener-bener keren. Kami pun pulang lepas Magrib. Perjalanan memakan waktu 2 jam. Kami pun tertidur dalam perjalanan pulang. Saking lelapnya, hingga kami pun bermimpi kalau kami belum beli bakpia. Sontak kami terbangun, wkwkkwkw, lebay banget.
Kami pun mampir dulu ke bakpia 24, lupa daerahnya dimana. Setelah beli kami singgah sebentar ke Malioboro, tepatnya ke Mirota Batik, namun sayang sudah tak menerima pengunjung alias tutup. Kami pun memutuskan untuk diantar pulang ke hotel aja, kasian juga driver sekaligus fotografer yang sudah temani kami seharian.
Tiba di Ibis Styles, kami istirahat sebentar, Santy dan driver pun balik ke habitatnya. Kami melanjutkan perjalanan ke Malioboro, disini dimulai kembali petualangan. Maklum ini malam terakhir dan kami harus segera membeli apa yang belum dibeli, karena besok harus sudah pulang.
Kami pun memilih untuk makan dulu, trauma dengan gudeg yang terlalu manis, dan lesehan yang kurang cocok dengan lidah kami selaku orang Sunda, tak ada pilihan lain, KFC. Waduh, jauh-jauh ke Jogja, kok makannya di KFC?
Ternyata Malioboro semakin malam semakin rame. Banyak juga musisi jalanan yang beraksi. Namun sayang saya tak sempat mendokumentasikannya, tapi biar kawan nggak penasaran, saya kasih video bagaimana suasana malam di Malioboro yang diambil waktu saya ke Jogja sekitar April tahun 2012.
Ini adalah hari terakhir. Kami harus pulang kembali ke Bandung dengan pesawat pukul 13.00 WIJ. Eh ternyata kami harus kembali bertemu dengan si Singa, hehehehe. Dari pagi waktu kami habiskan untuk packing barang dan oleh-oleh, alhamdulillah koper ternyata naik 5 kg. Hahah, ini nih sebagian oleh-oleh yang akan kami bawa pulang ke Bandung.
Kami pun checkout sekitar pukul setengah dua belas. Driver sudah menunggu untuk mengantar kami ke bandara. Tak terasa petualangan kami harus berakhir. Namun masih ada pertaruhan nyawa, saat terbang tinggi bersama si Singa Udara.
Singkat cerita kami tiba kembali ditempat awal kami berangkat, Bandara Husein Sastranegara Bandung. Kami pun pulang ke kandang masing-masing. Dan akhirnya selesai sudah petualangan Trio Macan di Jogjakarta. Sampai ketemu di lain waktu dan cerita ya kawan....
Oia, kawan semua foto, video dan dokumentasi lainnya yang ada di postingan ini bersumber dari pribadi, kecuali yang sudah disebutkan sumbernya.