Untuk informasi seputar review film dan info perfilman, silakan kunjungi RajaSinema

"Kebangkitan" Puisi dan Film

"Kebangkitan" merupakan buku antologi puisi film kedua yang diterbitkan oleh Forum Film Bandung. Ditulis oleh 48 orang mulai dari penyair hingga aktor

Sudah bukan rahasia lagi, saya amat suka menonton film. Bukan, bukan karena ingin disebut si paling sinefil, saya hanya merasa terkadang cuma film yang bisa menjelaskan hidup dengan jujur. Mengajak saya menyelami makna hidup dari mata hingga ke hati.

Sesekali saya juga nulis puisi. Apalagi ketika zaman blog Multiply dan Facebook Notes, (yang saya sebut) puisi itu sering saya unggah di sana. Tapi ya bukan puisi yang rapi atau penuh metafora, melainkan sekadar curhatan yang lahir dari pengamatan kondisi di sekitar.

Kadang dari obrolan warung, kadang dari rasa kecewa terhadap kebijakan yang dibuat pemerintah, hingga rasa empati tentang apapun yang menyoroti masalah kemanusiaan.

Tapi anehnya, saya jarang atau hampir tidak pernah baca puisi film. Mungkin karena saya pikir film dan puisi itu dua dunia yang nggak saling sapa? Atau boleh jadi saya cuma belum cukup penasaran. 

But now, saya mulai bertanya: kalau film bisa bikin kita diam, dan puisi bisa bikin kita mikir, kenapa nggak kita coba mencari makna dari gabungan keduanya?

Saatnya mencari makna "Kebangkitan"

Saya mulai bisa memahami bagaimana film dan puisi bisa menjadi simbiosis mutualisme saat membaca antologi puisi film yang diterbitkan oleh Forum Film Bandung (FFB) pada 2012.

Pada tahun 2025, FFB kembali menerbitkan buku antologi puisi filmnya. Boleh lah, saya bilang ini sebuah sekuel karena masih diterbitkan oleh "rumah produksi" yang sama, meski terdapat banyak pergantian "pemain".

Jika di edisi pertama mengusung judul "Puisi Film", antologi kedua ini mengusung judul "Kebangkitan". Judul ini diambil dari judul puisi yang ditulis oleh sastrawan senior Putu Wijaya yang ada di edisi perdana.

Meski dikenal luas sebagai seorang penyair, kiprahnya di dunia film nggak bisa dianggap remeh. Putu Wijaya beberapa kali memenangkan Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) untuk kategori penulis skenario terbaik.

Hingga puncaknya mendapat penghargaan tinggi dari Forum Film Bandung sebagai penerima Lifetime Achievement Festival Film Bandung 2014.

Selain judul, yang membedakan kedua buku antologi ini adalah deretan pemainnya (baca penulisnya). Jika di edisi perdana ada 25 penyair yang menandakan usia FFB yang ke-25 saat itu, di "Kebangkitan" lebih banyak penulis yang berpartisipasi yakni sebanyak 48 orang.  

Latar belakang penulisnya pun beraneka ragam. Mulai dari aktor, produser, sutradara, penulis skenario, budayawan, hingga penyair.

Dari kalangan sastrawan dan penyair, selain Putu Wijaya yang kembali hadir, nama-nama beken seperti Noorca M. Massardi, Gol A Gong, Acep Zamzam Noor, dan M Fadjroel Rachman, turut memberikan sumbangsih.

Sementara dari dunia perfilman, nggak kalah bekennya. Nama-nama seperti produser Chand Parwez Servia, sutradara Naya Anindita, hingga aktor Jerome Kurnia, Putri Ayudya, dan Tika Bravani, turut serta memberikan karyanya untuk "Kebangkitan".

Tentu nggak boleh dilupakan, aktor favorit saya Acha Septriasa (penerima 3X Piala Terpuji FFB untuk Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop), juga menuliskan jejak karya puisinya di buku ini.

Kenapa harus puisi dan film?

Buku Kebangkitan
Penampakan buku "Kebangkitan" (doc. FFB/Langgam Pustaka)

Menurut Eddy D. Iskandar, dalam kata pengantarnya, mengungkapkan bahwa puisi telah lama hadir dalam film Indonesia.

Film Cintaku Jauh di Pulau karya Motinggo Boesye, misalnya, terinspirasi dari puisi Chairil Anwar. Sutradara Asrul Sani pernah membuat film Bulan di Atas Kuburan dari puisi Sitor Situmorang. 

Garin Nugroho menampilkan puisi Sapardi Djoko Damono “Aku Ingin” dalam film debutnya Cinta dalam Sepotong Roti. Judul film Garin lainnya seperti Bulan Tertusuk Ilalang, Puisi yang Tak Terkuburkan, hingga Puisi Cinta yang Membunuh juga lahir dari inspirasi puisi.

Bahkan, nama Piala Citra berasal dari puisi karya Usmar Ismail yang kemudian digubah Cornel Simanjuntak menjadi lagu tema Festival Film Indonesia (FFI).

Hadiri launching "Kebangkitan" pada 30 September 2025

Bookmark your calendar! (doc. FFB)

Lahirnya antologi puisi film "Kebangkitan" ini merupakan rangkaian kegiatan Festival Film Bandung ke-38 tahun 2025. Makanya, sebelum launching secara resmi, keberadaan buku ini sudah di-spill tipis-tipis di acara "Pengumuman Nominasi Festival Film Bandung 2025" pada 15 September lalu.

Adapun acara launching resminya akan dilaksanakan pada Selasa, 30 September 2025, di Aula Lantai 4 PDS HB Jassin, Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, Jakarta Pusat.

Acara yang rencananya akan dimulai pukul 14:00 WIB ini, dimeriahkan dengan pembacaan puisi oleh sejumlah sastrawan, seniman, dan sineas. Antara lain Putu Wijaya, Jose Rizal Manua, Widi Dwinanda, Olin Monteiro, Kurnia Effendi, Fikar W. Eda, Putu Fajar Arcana, dan Bode Riswandi.

Selain pembacaan puisi, acara juga akan dimeriahkan dengan penampilan grup musik puisi "Tersajakkanlah" dan diskusi seputar buku dengan menghadirkan Eddy D. Iskandar dan Hasan Aspahani sebagai narasumber.

Acara ini terbuka untuk umum dan gratis. Jadi bolehlah buat teman-teman yang menyukai film dan atau puisi, dan memiliki waktu luang, bisa menyempatkan hadir di acara ini.

Sebelumnya juga boleh memesan terlebih dahulu buku antologi yang diterbitkan Langgam Pustaka ini, agar saat hadir ke acara, buku bisa dibawa untuk ditandatangi langsung oleh para penulisnya.


Kehadiran buku ini menegaskan hubungan erat antara film dan puisi, yang sejak lama saling menginspirasi. Karenanya, buku ini menjadi ruang pertemuan puisi dan film. Melalui kata-kata, kita merefleksikan perjalanan sinema Indonesia, sekaligus menyemangati sineas untuk terus kreatif.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung ke RajaLubis. Tinggalkan jejak dengan mengisi kolom komentar yang ada. Kami tidak memoderasi kolom komentar, jadi silakan re-cek kembali sebelum berkomentar. Hindari komentar dengan memberikan link hidup, sapaan yang salah, dan atau kata-kata kasar.