Pernah nggak ngerasa lapar di tengah-tengah nonton film di bioskop? Saya sih pernah, apalagi kalau sebelum nonton nggak sempat makan siang dulu.
Kalau gitu kenapa nggak sempatin makan siang dulu?
Jadi, rata-rata bioskop itu memulai show pertamanya sekitar jam 12 siang. Kadang kalau lagi ramai dengan film yang durasinya lebih 2 jam, ada bioskop yang memulai show pertamanya di 11:30 atau 11:45 WIB.
Anggaplah kalau saya pengin nonton show pertama pukul 11:45. Jika saya sempatkan makan siang terlebih dahulu, berarti saya harus tiba di mal tempat bioskop tersebut berada, seenggaknya jam 11 siang. Dengan perkiraan waktu makan siang sekitar 45 menit.
Tapi masalahnya jam segitu, perut tuh belum lapar-lapar banget. Kalau dipaksa makan berat, bisa jadi malah kekenyangan. Terus saya juga nggak mau terburu-buru, sehingga nggak bisa makan dengan tenang, hanya karena takut ketinggalan jadwal pertama film.
Akhirnya, saya selalu menyiasatinya dengan asupan makanan ringan. Kemudian setelah nonton barulah bergerilya mencari makan siang.
Tentunya makanan ringan yang saya konsumsi harus punya sifat menunda lapar selama menonton. Ya kurang lebih 90 menit hingga 2 jam lah.
Pilihan saya jatuh pada kue sachima, snack yang selain bisa menunda lapar, juga praktis untuk dibawa dalam kondisi apapun.
Yuk kenalan dengan FOCA Sachima
![]() |
Tampak depan kemasan FOCA Sachima/Raja Lubis |
Mungkin di antara teman-teman ada yang baru mendengar tentang kue sachima, atau justru malah ada yang sudah pernah mengonsumsinya?
Bagi yang belum tahu, mari kita kenalan dulu!
Jadi, sachima merupakan jenis makanan ringan atau kue tradisional yang berasal dari China. Selidik punya selidik, awal kemunculan kue sachima diyakini bermula pada masa Dinasti Yuan dan Ming.
Awal munculnya kue sachima ini, berawal dari Manchuria, sebuah daerah di wilayah China bagian Utara. Selain untuk ritual persembahan kerajaan, kue sachima ini juga disajikan sebagai penambah energi dan stamina bagi para tentara suku Manchu.
Seiring berjalannya waktu, sachima berkembang menjadi makanan ringan yang unik dengan rasa dan metode pembuatan yang berbeda di setiap wilayah. Namun masih mempertahankan ciri khasnya ketika kue ini pertama kali muncul di China.
Kue Sachima yang bisa dibilang sebagai bagian dari lifestyle masyarakat ini, kini juga bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia.
Adalah PT. AISA FOOD INDUSTRY (AISA FOOD) yang memperkenalkan kue sachima dengan jenama FOCA. Mari kita sebut saja, FOCA Sachima.
Meskipun sachima berasal dari China, tapi FOCA Sachima bukanlah produk impor. Kue ini diproduksi langsung di Indonesia dengan pusat produksinya di Tegal, Jawa Tengah.
Terdapat 5 varian rasa
Pada dasarnya FOCA Sachima terbuat dari tepung terigu, telur, gula, bahan perekat seperti sirup maltosa, dan tambahan topping sebagai penambah rasa.
Secara umum, komposisi bahan pembuatnya begitu. Meskipun bisa saja pembuatan dan resep sachima sangat bervariasi di berbagai daerah.
Saat ini FOCA Sachima punya 5 varian rasa yang bisa kita coba, yakni original, caramel, cokelat, strawberry, dan kismis.
![]() |
Bentuk FOCA Sachima setelah kemasan dibuka/Raja Lubis |
Impresi awal saat melihat kemasannya, saya kira FOCA Sachima bertekstur crispy. Bentuknya bisa dilihat langsung dari luar karena kemasan FOCA Sachima dibuat sekitar 50%-nya transparan.
Baiklah saya robek bagian kanan atau kiri kemasan yang bergerigi, dan FOCA Sachima siap untuk disantap. Hm...., ternyata kue sachima ini bertekstur sangat lembut.
Surprisingly, saya sangat menyukai kue FOCA Sachima. Terutama jika dibandingkan dengan kue sachima yang pernah saya konsumsi, yang langsung diproduksi di China.
FOCA Sachima ini sedikit lebih manis jika dibandingkan dengan sachima di
negeri asalnya. Walau begitu, rasa manisnya tidak terlalu strong seperti kebanyakan
kue manis yang beredar di pasaran. Terasa cukup saja di lidah saya.
Rasa-rasanya, AISA FOOD memang sudah melakukan riset yang detail dan mendalam. Sehingga dalam produksi FOCA Sachima, mereka bisa menyesuaikannya dengan kebanyakan selera dan lidah masyarakat Indonesia.
Bicara rasa, kalau saya ditanya varian rasa mana yang paling saya sukai, saya akan menjawab dengan percaya diri, "kismis".
Kenapa? Ada sensasi yang berbeda di dalam mulut ketika mengonsumsi FOCA Sachima varian kismis.
Ada tekstur yang lebih keras dari kismis, biji labu, dan wijen, yang berpadu renyah dengan tekstur lembut dari kue sachimanya itu sendiri.
Varian rasa kismis ini memang agak sedikit berbeda karena ornamen kismis dibuat semacam topping yang menempel. Tidak bercampur dengan kue utama sachima sebagaimana varian strawberry, caramel, dan cokelat.
Kalau di urutan kedua, saya suka varian rasa cokelat. Meskipun terasa lebih manis sedikit dibanding rasa original, rasa manis yang dihasilkan masih berada dalam ambang batas kewajaran manis lidah saya.
Ceuk orang Sunda mah, teu karasa giung. Pas wae.
Cara menikmati FOCA Sachima ala Raja Lubis
Dari sekian kali percobaan konsumsi, akhirnya saya menemukan cara ternikmat untuk mengonsumsi FOCA Sachima.
Sebelum dikonsumsi biasanya saya simpan dulu di lemari es sekitar 15 - 30 menit. Dengan cara ini, saya mendapatkan tekstur FOCA Sachima yang sedikit lebih krispi dari tekstur aslinya.
Selain itu, bahan perekat yang digunakan bisa terasa lebih rekat lagi sehingga FOCA Sachima bisa langsung saya konsumsi dengan cara digigit di mulut, tanpa harus dipotek-potek dulu.
Selanjutnya, apakah 1 pcs FOCA Sachima cukup untuk menunda lapar?
Sejujurnya, kalau untuk menunda lapar, satu pcs terasa kurang. Tapi begitu kemasan kedua dibuka, baru saja makan setengahnya, saya udah merasa kenyang. Bisa disimpulkan, 1 pcs kurang tapi kalau 2 pcs kelebihan, haha.
Tentunya, setiap orang pasti berbeda-beda pengalamannya. Tapi bagi saya cukup
2 pcs kalau untuk menunda lapar selama nonton film di bioskop.
Kalau lagi santai di rumah, sekadar rebahan-rebahan manja atau nonton film secara online di platform OTT, enaknya FOCA Sachima ini dinikmati dengan segelas teh hangat atau secangkir kopi.
Sangat terasa syahdu apalagi di saat hujan. Membuat suasana lebih estetik.
Kata orang 'kan begitu ya, Bandung estetik di kala hujan.
affa iyah?
![]() |
Toping kismis yang berpadu renyah dengan kelembutan sachima/Raja Lubis |
FOCA Sachima, cocok di segala suasana
Nggak hanya untuk teman nonton, FOCA Sachima ini bisa juga menemani aktivitas saya sehari-hari.
Setelah kenalan dengan FOCA Sachima, saya selalu bekal kue ini ke mana-mana.
Kemasannya yang cukup compact, mudah untuk disisipkan ke dalam tas.
Nggak ngabisin tempat.
Kalau pun lagi malas bawa tas karena cuma mau nonton saja ke bioskop misalnya, saya bisa masukkan 2 pcs FOCA Sachima ke saku celana. Nggak terlihat menggembung, hanya terlihat seperti dompet di saku.
Atau, untuk perjalanan jauh pun FOCA Sachima bisa diandalkan. Semisal beberapa waktu lalu, ketika saya harus menemui dan meng-interview salah satu maestro film di Jakarta, saya bekal sachima dari Bandung.
Semata-mata untuk menghemat waktu, jaga-jaga jika tak sempat mampir ke rest area. Jadi bisa ngemil FOCA Sachima di dalam mobil.
Penasaran, pengin juga nyobain FOCA Sachima? Segera mampir di warung dan toko terdekat. Harga 1 pcs-nya 2000an saja, dengan berat bersih 40 gram.
Oia, FOCA Sachima ini juga sudah terserfitikasi standar HALAL dan BPOM, jadi sangat aman untuk dikonsumsi seluruh lapisan masyarakat.
HEAD OFFICE LOCATION
PERWATA TOWER, Jl. Pluit Selatan Raya No.Kav 1 Lt.
7,
Suites F, RT.23/RW.8, Pluit, Penjaringan, North Jakarta
City,
Jakarta 14440
FACTORY LOCATION
PT AISA FOOD INDUSTRY, Jl. Raya
Tegal - Pemalang
No.KM. 14, Purwahamba, Kec. Suradadi, Kabupaten
Tegal,
Jawa Tengah 52182
aisafood.id@gmail.com
www.aisafood.co.id
instagram:
@focasachima
Shopee: https://shopee.co.id/aisafood