Rasanya sudah ratusan purnama, nggak ngerasain gimana euphoria gala premiere sebuah film di Jakarta.
![]() |
Berfoto di depan wall of fame Perang Kota/doc. Ratna A.B |
Sebagai warga Bandung, saya punya banyak pertimbangan ketika mendapat undangan untuk menghadiri gala premiere sebuah film di Jakarta.
Pertama karena jarak antara Bandung dan Jakarta yang membentang lebih dari 120 kilometer, butuh waktu dan biaya tersendiri untuk menghadiri gala premiere.
Kedua, sebagai penikmat film, saya berpikiran, toh saya bakalan nonton film tersebut ketika tayang di bioskop, sekalipun tidak mengikuti gala premiere-nya.
Tapi mengikuti gala premiere juga banyak insight yang bisa didapat. Apalagi, kegiatan gala premiere biasanya dilakukan beriringan dengan press conference yang menghadirkan produser, sutradara, aktor, hingga kru di balik layar untuk berbagi pengalaman.
Maka akhirnya, untuk kembali merasakan euphoria gala premiere, menambah wawasan tentang proses di balik pembuatan film, hingga mungkin bisa mengobrol langsung dengan para pelaku film, saya memutuskan untuk menghadiri gala premiere film Perang Kota pada 21 April 2025.
Mungkin masih ada di antara teman-teman yang belum mengetahui apa gala
premiere. Jadi gala premiere adalah sebuah kegiatan promosi film sebelum
filmnya tayang untuk publik secara reguler.
Kegiatan utamanya tentu menonton.
Jadi, menonton di gala premiere adalah
kesempatan pertama bagi penonton untuk bisa menyaksikan film tersebut lebih
dulu. Apalagi, seringkali kegiatan tersebut dihadiri oleh para artis dan kru,
dan boleh jadi dikemas menarik sesuai dengan identitas filmnya.
Berangkat dari Bandung jam 1 siang
Saya bersama dengan teman-teman dari Forum Film Bandung berangkat dari Bandung jam 1 siang. Sebetulnya, kami kebagian nonton show malam yakni pukul 19:00 WIB.
Hanya saja, kami cek dari pemberitaan bahwa pada tanggal 21 April 2025 berlaku kebijakan ganjil genap. Sementara mobil yang kami tumpangi berplat genap, sehingga kami estimasikan harus sudah sampai di dalam kota Jakarta sebelum jam 4 sore.
Untungnya, perjalanan relatif lancar, meski dari Bandung diiringi oleh gemericik air hujan.
Setelah melewati tol Cipularang dan bermodalkan google maps, kami bisa keluar dari tol dalam kota Jakarta (pintu Kuningan), pukul 15:43 WIB.
Alhamdulillah, sama sekali tidak terlambat dan tidak terjebak kebijakan ganjil genap.
Kami melanjutkan perjalanan ke lokasi gala premiere yakni Epicentrum XXI. Dan tiba di sana pada pukul 15:54 WIB.
Suasana relatif lengang, hanya ada satu bus promosi yang terparkir di depan XXI. Selidik punya selidik, di salah satu studio sedang berlangsung pemutaran film yang diperuntukkan untuk media.
Berhubung suasana masih sepi, kami sempatkan dulu foto-foto di wall of fame yang sudah disediakan.
Selepas berfoto, kami melihat banyak orang bergiliran untuk berfoto juga di wall of fame. Tampak di antara mereka beberapa pemain Perang Kota seperti Chicco Jerikho, Chew Kin Wah, dan Imelda Therinne.
Ikut press conference bersama media
![]() |
Suasana press conference Perang Kota yang diikuti ratusan media/doc. Raja Lubis |
Kedatangan kami yang lebih cepat, membuat kami berkesempatan mengikuti press conference film Perang Kota. Kami masuk ke studio dan mengisi bangku yang kosong agar lebih khidmat mengikuti kegiatan tersebut.
Seperti biasa, kemeriahan press conference di gala premiere sangat terasa. Dipandu oleh MC, satu per satu kru dan aktor berbagi cerita pengalaman menarik seputar film Perang Kota.
Mulai dari produser Starvision (Chand Parwez Servia), produser Kaninga Pictures (Willawati), sutradara dan penulis Mouly Surya, para pemeran utama Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, Rukman Rosadi, dan lain-lain.
Selepas semua yang hadir memberikan ceritanya, media diberikan kesempatan bertanya. Ya saya cukup menjadi penyimak saja.
Mulai nonton Perang Kota
Press conference selesai pukul 17:30 WIB. Artinya masih ada satu jam setengah lagi sebelum menonton filmnya. Saya manfaatkan waktu untuk makan malam terlebih dahulu agar bisa fokus ketika menonton.
Dari area luar lounge tempat saya makan, hilir mudik para sineas yang biasanya saya lihat karyanya di layar lebar. Mulai dari sutradara muda favorit saya Randolph Zaini (Preman, Katarsis) hingga aktor senior Christine Hakim (Tjoet Nja' Dhien, Bila Esok Ibu Tiada).
Sayangnya, saya tidak punya keberanian yang cukup untuk meminta foto. Paling cuma bergumam dalam hati, "oh itu si A, ternyata aslinya cantik banget ya" atau "oh itu si B, yang main di film ini".
Ya sebatas itu saja. Jadi maafkan, jika di tulisan ini kagak bakal ada parade foto-foto artis hehe.
![]() |
Suasana Gala Premiere Perang Kota/doc. Raja Lubis |
Pukul 18:45 WIB studio 2 sudah dibuka. Saya mulai masuk ke studio dan mendapat kursi yang paling nyaman. Berada di tengah, di row G, adalah posisi yang paling nyaman dan pandangan mata cukup lurus ke arah layar. Di layar sudah tertera tulisan "Gala Premiere".
Sambil menunggu penonton lain masuk ke studio, MC memanggil beberapa kru dan aktor untuk melakukan greetings.
Beberapa artis tampak ikut nonton bareng saya (ey lah, kursinya berjauhan lho, hahha). Ada Arla Ailani pemeran utama di film laris Petaka Gunung Gede, presenter Sinyorita Esperanza, dan masih banyak lagi. Hafal muka tapi lupa nama, hehe.
Lampu studio mulai dipadamkan. Dan selama 1 jam 55 menit, saya terpukau menyaksikan scene demi scene yang dijahit oleh tangan dingin Mouly Surya dengan penuh ambisi.
Sekilas tentang film Perang Kota
Film ini diadaptasi dari karya sastra Jalan Tak Ada Ujung by Mochtar Lubis yang diterbitkan Balai Pustaka pada tahun 1952.
Saya sudah pernah membaca bukunya saat SMP, tapi nampaknya perlu membaca ulang untuk mengingat lagi detail-detail yang dihadirkan dalam bukunya.
Tapi intinya, Perang Kota menyoroti seorang pejuang kemerdekaan bernama Guru Isa (Chicco Jerikho) yang hidup pada tahun 1946. Ia bersama dengan muridnya sekaligus sahabatnya, Hazil (Jerome Kurnia), punya misi untuk menembak salah satu perwira Belanda.
Di samping bergulat dengan misinya, Isa pun punya masalah dengan istrinya Fatimah (Ariel Tatum). Ya masalah seputar ranjang, yakni Isa mengalami disfungsi ereksi.
Kelemahan Isa ini membuat Fatimah malah berselingkuh dengan Hazil. Boleh 'lah kalau mau dibilang "Hazil adalah Maut".
Bagaimana kelanjutan misi dan persahabatan mereka, temukan jawabannya di bioskop mulai 30 April 2025.
![]() |
Para pemain Perang Kota berfoto di wall of fame/doc. Raja Lubi |
Selepas menonton film, kami berbincang santai sebentar dengan produser Chand Parwez Servia. Sebelum akhirnya pamit untuk pulang ke Bandung. Dan Pak Chand pun melanjutkan greetings ke show selanjutnya.
Terima kasih kepada Pak Chand Parwez Servia, Starvision, Cinesurya, dan Kaninga Pictures atas undangannya. Semoga filmnya bisa diminati oleh penonton. Aamiin!
Untuk "oleh-oleh" press conference dan impresi saya terhadap Perang Kota,
insya allah akan saya tuliskan di blog rajasinema.com. Sampai jumpa!