Untuk informasi seputar review film dan info perfilman, silakan kunjungi RajaSinema

Jalan-Jalan Seru nan Edukatif Bareng YAICI dan IBI

Apa asyiknya jadi blogger?

Nggak ada petir nggak ada hujan, sebelum makan siang, Ibu Marni melayangkan pertanyaan yang tampak sederhana tapi sungguh sulit untuk dijawab secara spontan. Saya belum cukup siap untuk menjawabnya saat itu, karena alih-alih sebagai sebuah pertanyaan, kalimat tersebut sangat reflektif bagi saya.

Sejak awal mula ngeblog, saya menggunakan tagline 'Hanya Ingin Berbagi'. Tujuannya semata-mata hanya ingin membagikan sesuatu yang bisa saya bagikan. Syukur alhamdulillah jika yang saya bagikan memiliki nilai kebermanfaatan.

Maka inilah cerita perjalanan saya bersama Ibu Marni, yang semoga saja dihiasi dengan penuh hikmah dan wawasan baru.

Berburu wawasan di tempat praktik bidan Desi Trisiani

Pukul sembilan pagi, lebih tepatnya setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan, saya sudah tiba di tempat praktik bidan Desi Trisiani. Lokasinya di Jalan Baturaden Raya No. 9, Rancasari, Kota Bandung.

Saya disambut dengan senyuman hangat bidan Desi, sehangat mentari pagi yang kala itu memancarkan sinarnya dengan senang hati. Bidan Desi mempersilakan saya masuk dan menunjukkan tempat acara akan digelar.

Karena masih memiliki waktu 30 menit sebelum acara dimulai, saya meminta izin kepada bidan Desi untuk mengambil foto atau video di sekitar tempat praktiknya. Dengan ramah, bidan Desi menuntun saya ke masing-masing ruangan. Mulai dari resepsionis, ruang dokter, hingga ruang periksa.

“Mas, kalau mau foto-foto masuk saja, nanti tinggal tutup saja lagi pintunya. Praktiknya sore kok.”

Ya, saya lanjutkan foto-foto, sementara bidan Desi menerima panggilan telepon dari salah satu radio Bandung.

First impression, saya suka sekali dengan atmosfer tempat praktik bidan Desi. Tempatnya sangat bersih dan juga luas. Apalagi di bagian belakang terdapat taman hijau yang disertai dengan kolam ikan, gazebo, dan beberapa wahana bermain anak-anak.

Taman belakang dan gazebo di tempat praktik bidan Desi/Raja Lubis
Area bermain anak di tempat praktik bidan Desi/Raja Lubis

Lagi asyik-asyiknya membuat dokumentasi, tempat praktik bidan Desi mulai kedatangan tamu. Salah satu dari rombongan tamu tersebut adalah Ibu Marni. Ya, itu kali pertama saya berkenalan dengannya.

Ibu Marni menyapa saya dengan, "Mas Lubis?". Spontan saya jawab, ‘Uhuyy’, eh enggak deh, "Raja"

Saya paham sekali, karena kebanyakan orang Batak biasanya dipanggil dengan marga daripada nama depannya. Hehe. Tapi apalah arti sebuah nama.

Tepat pukul setengah sepuluh acara dimulai. Tanpa bertele-tele, MC membuka acara yang kemudian dilanjut dengan lantunan ayat suci Al-Quran.

Seketika hati terkoyak. Meski tangan memegang handpone merekam adegan yang sedang berlangsung, pikiran melayang, rasanya sudah tidak rutin lagi saya membaca Al-Quran. 

Terlebih ketika mata melihat sekeliling ruangan aula, terlihat banyak remaja perempuan berhijab (sebagian lagi bercadar) yang mendengarkan lantunan Al-Quran dengan sangat khidmat.

Ah, saya rindu suasana pesantren dulu. Rindu bareng-bareng mengaji dan berlama-lama di majelis ilmu.

Sampai di sini, mungkin teman-teman bertanya, untuk apakah gerangan saya berada di tempat bidan Desi. Dan menjadi satu dari sedikit laki-laki yang hadir di sini.

Para peserta dari ponpes sudah siap menerima ilmu baru/Raja Lubis

Ya, untuk menjawabnya kiranya saya perlu kenalkan dulu siapa Ibu Marni. Ia adalah perwakilan dari YAICI (Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia) yang datang untuk menjadi juri. 

YAICI sendiri merupakan lembaga mandiri yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan, kesehatan dan lingkungan di Indonesia. 

Fokus utama yang dilaksanakan YAICI adalah mendukung program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui, pembelajaran, pendampingan, pemberian pelatihan serta pengetahuan kepada masyarakat dengan metode kreatif dan inovatif.

Lantas YAICI bekerjasama dengan IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Jawa Barat menyelenggarakan Lomba Bidan Sahabat Ibu dan Anak se-Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Kab. Sumedang.

Dan bidan Desi sendiri adalah salah satu bidan peserta lomba yang berhasil sampai pada tahap workshop edukasi.

Dalam workshop ini, setiap bidan perlu memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar yang aturan teknisnya sudah diatur oleh panitia.

Edukasi ala bidan Desi

Bidan desi (pegang mic) memulai edukasi/Raja Lubis

Panggung kini diambil oleh bidan Desi. Dengan gayanya yang straight to the point, bidan Desi langsung membuka workshop-nya dengan statement lantang kalau 'kental manis bukanlah susu'.

Metode presentasinya yang lugas, senada dengan sasaran pesertanya. Yakni para perempuan yang saya deskripsikan sebelumnya, yang merupakan santri penghafal Al-Quran dari salah satu pondok pesantren di sekitar Rancasari.

Sebagian besar dari mereka belum menikah, tapi sebagian lagi ada yang sudah menikah bahkan turut serta membawa suami dan anaknya mengikuti edukasi ini.

Menurut bidan Desi, dipilihnya para santri putri sebagai sasaran peserta, karena mereka adalah calon ibu yang akan membesarkan buah hati calon pemimpin bangsa. Dan para santri ini berpotensi lebih cepat menikah daripada perempuan pada umumnya.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan menikah, mereka perlu dibekali beberapa pengetahuan seperti tapi tidak terbatas pada apa dan bagaimana nutrisi yang baik bagi ibu dan anak, memilih dan memilah makanan yang sehat, serta pengetahuan tentang stunting dan permasalahan gizi.

Eh kok saya jadi ngejuriin. Maaf-maaf! Biasa ngejuriin festival film sih ya. Biarlah penjurian jadi tanggung jawabnya YAICI dan IBI saja ya.

Kegiatan edukasi ini juga mendapat dukungan penuh dari pejabat setempat mulai dari RT, RW, Kecamatan, Puskesmas, hingga KPU yang menyempatkan hadir di lokasi acara. Bahkan semuanya antusias 'berebutan' ingin memberikan ilmu terbaik yang mereka miliki.

Acara makin seru dan interaktif, ketika tiba di sesi tanya jawab. Para peserta tidak ragu memanfaatkan kesempatan ini untuk bertanya lebih lanjut dari apa yang telah dipaparkan oleh bidan Desi. Dan tentunya, bidan Desi sudah menyiapkan doorprize untuk tiga penanya terbaik.

Dari kiri ke kanan, Ibu Marni (YAICI), Ibu Sabiah (IBI), bidan Desi, dan pejabat setempat/Raja Lubis

Nggak berhenti di sini, lanjut berburu inspirasi dari bidan Deti

Ya, namanya jalan-jalan nggak seru kalau hanya di satu lokasi. Sehabis dari Bidan Desi, perburuan inspirasi lanjut ke Bidan Deti. Ya dalam alphabet, sehabis S memang T. Eh apa sih?

Berbeda dengan sebelumnya, kegiatan edukasi bidan Deti Sudarti dilaksanakan di aula Kantor Kecamatan Cibiru, Kota Bandung.

Sebelum cerita berlanjut, saya perkenalkan satu karakter lagi yakni Ibu Sabiah dari IBI. Senada dengan Ibu Marni, Ibu Sabiah juga bertugas menjadi dewan juri.

So, kami bertiga sudah tiba di kantor kecamatan Cibiru pukul satu siang. Tampak peserta sudah mengular menanti giliran untuk mengisi daftar hadir. Sementara kami melaksanakan salat Zuhur dahulu di mushola yang letaknya persis di sebelah aula kecamatan tempat edukasi akan digelar.

Tepat pukul setengah dua, MC membuka acara dengan penuh semangat.

Peserta kali ini lebih beragam. Meski kalau dikelompokkan mengerucut pada tiga kelompok: remaja putri, ibu hamil, dan ibu yang memiliki anak balita.

Satu hal yang tetap sama adalah, saya masih menjadi yang paling ganteng di sini. Saingan saya hanya Pak Camat Cibiru, hehe.

Para peserta sudah siap menerima edukasi dari bidan Deti/Raja Lubis

Memulai kegiatan di antara jam 1 hingga jam 2 siang, orang sering menyebutnya dengan jam rawan. Alias rawan mengantuk. Tapi dengan jurus aktif Bidan Deti, suasana edukasi tetap berjalan dengan lancar.

Bidan Deti sangat aktif ketika memaparkan materi, tidak hanya fokus di satu titik saja. Ia berjalan ke sisi kanan, lalu kemudian ke sisi kiri peserta.

Secara tidak langsung hal ini akan membuat mata peserta mengikuti gerakan bidan Deti, yang akhirnya tidak jadi mengantuk.

Belum lagi, Bidan Deti lebih banyak praktik dengan berbagai alat bantu mulai dari buku KIA, percobaan kental manis dan gula, hingga kertas karton yang ditempel di dinding yang digunakan untuk perhitungan rumus.

Eh, kok saya jadi ngejuriin lagi. Skip, skip, skip!

Secara format acara tidak jauh berbeda. Selepas pemaparan oleh bidan, akan dilangsungkan tanya jawab dan tentunya pembagian doorprize.

Bidan Deti memulai sesi tanya jawab/Raja Lubis

Poin penting dari edukasi "Bidan Perangi Gizi Buruk"

Lomba Edukasi Bidan Sahabat Ibu dan Anak yang diselenggarakan YAICI dan IBI ini mengambil tema 'Bidan Perangi Gizi Buruk: Edukasi Pangan Rendah Gula, Garam, Lemak, & Peruntukan Kental Manis untuk Ciptakan Generasi Emas 2045'.

Secara umum apa yang dipaparkan oleh bidan Desi dan bidan Deti punya nada dasar yang sama. Dan mengacu pada tema lomba. 

Berikut beberapa poin penting yang perlu menjadi sorotan:

1. Peran bidan dalam memerangi gizi buruk

Keberadaan bidan sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat. Mereka menjadi garda terdepan dalam hal melayani masyarakat, menjadi tempat bertanya dan konsultasi, dan juga sebagai edukator yang baik. 

Kegiatan yang dilakukan YAICI ini sangat mendukung peran bidan di masyarakat. Menjadikan bidan yang memiliki nilai manfaat lebih sekaligus sahabat bagi ibu dan anak. 

2. Sehat berawal dari 'Isi Piringku'

Yang tidak dilupakan oleh bidan Desi dan Bidan Deti, adalah edukasi perihal 'Isi Piringku' yang menjadi kampanye utama Kementerian Kesehatan.

Sederhananya, kampanye Isi Piringku ini adalah tentang bagaimana kita mengatur apa yang kita makan. Karena makan bukan sekadar kenyang, tapi juga memerhatikan kebutuhan nutrisi demi menjaga kesehatan tubuh.

Baiknya dalam satu piring sajian, terdapat asupan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang seimbang. Karena tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh, maka kita bisa mengonsumsi pangan yang beragam.

Berikut contohnya. Dalam satu porsi sajian, sayur-sayuran dan buah-buahan disarankan porsinya adalah separuh bagian piring. Sementara itu, separuh bagian piring lainnya dapat diisi dengan karbohidrat dan protein.

Untuk lebih jelasnya mengenai komposisi Isi Piringku bisa dilihat di gambar di bawah ini:

Pembagian porsi Isi Piringku/kemenkes

3. Kental manis bukanlah susu

Poin penting lain yang harus terus menerus diedukasi adalah soal kental manis yang masih dianggap sebagai susu pertumbuhan bagi anak. 

Ternyata, pengaruh iklan di masa lalu, cukup mengakar kuat di masyarakat hingga kini. Dan ini bukanlah praduga semata, tapi fakta.

Salah satu peserta edukasi, memaparkan kalau keponakannya bisa menghabiskan kental manis hingga 6 sachet per hari. Setelah minum kental manis, nafsu makannya berkurang. Dan anak tersebut hanya ingin mengonsumsi kental manis saja.

Hal ini tentunya nggak boleh dibiarkan. Karena pada faktanya, kental manis yang beredar di pasaran mengandung gula sebesar 40-50 persen. Kadar gula yang tinggi pada kental manis, bisa meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak-anak.

Selain itu, asupan gula yang berlebihan juga bisa merusak gigi anak. Serta bisa menghambat pertumbuhan karena kekurangan kalsium, dan malah kelebihan gula dan karbohidrat.

Lantas bagaimana memilih dan memilah susu yang baik bagi anak, para orang tua wajib punya literasi yang cukup akan nutrisi dan gizi. Dan kegiatan edukasi seperti ini adalah salah satu cara meningkatkan pemahaman tersebut.

Kaitan lebih jauhnya antara kental manis, permasalahan gizi, dan stunting, pernah saya tuliskan sebelumnya. Silakan dibaca kembali dengan klik link di bawah ini: 

Bidan Deti (ketiga dari kanan) bersama perwakilan YAICI, IBI, dan pejabat setempat/Raja Lubis

Bonus cerita, makan siang ayam bakar dan salat Ashar di Al-Jabbar

Sekitar pukul 11:10 WIB, acara di Bidan Desi selesai. Saya, Ibu Marni, dan Ibu Sabiah sudah siap-siap berangkat ke Kantor Kecamatan Cibiru untuk mengikuti kegiatan edukasi dari bidan Deti. Tapi sebelumnya, kami perlu amunisi untuk mengisi suara berontak yang muncul dari dalam perut.

Oia, dalam cerita ini saya perlu memperkenalkan satu karakter lagi. Dia adalah Rifa, pemuda yang usianya 9 tahun lebih muda dari saya, tapi selera lagunya adalah lagu-lagu Indonesia zaman saya remaja.

Rifa berperan sebagai driver yang mengantar kami ke sana ke mari. Jadilah kami berempat dalam satu mobil. Saya duduk di kursi depan menemani Rifa, sementara Ibu Marni dan Ibu Sabiah duduk manis nan manja di kursi belakang.

Walau ini pertemuan saya pertama kali dengan ketiganya, dan dipertemukan dalam suasana kerja profesional, tapi saya merasa seperti sedang berjalan-jalan bersama keluarga. Serasa hangout bareng adik, ibu, dan nenek.

Suasana di mobil begitu cair. Sesekali saya mencuri dengar pembicaraan Ibu Marni dan Ibu Sabiah selama perjalanan. Mulai dari penilaian acara, perbandingan gaya parenting masa lalu dan masa kini, hingga ke perkembangan musik dari masa ke masa. Random abizzz ya.

Ayam geprek atau ayam K**”, tawaran Rifa memecah obrolan.

Ibu Marni meminta pendapat saya atas tawaran Rifa. Dan saya lempar kembali tawaran ke Ibu Sabiah. Ya, begitulah. Kadang untuk urusan makan siang saja, memutuskannya bisa serumit itu. Xixi.

Tapi akhirnya kami sepakat memilih makan siang di ayam K**, sebuah resto di kawasan Ujung Berung. Sengaja saya sensor, karena resto tersebut tidak mensponsori makan siang kami. Tapi bolehlah saya spill penampakan menu yang saya pesan. Hm.. Yummy!

Tebak-tebak resto apa hayo/Raja Lubis

Selepas acara edukasi Bidan Deti, Ibu Marni mengusulkan untuk Ashar di Masjid Raya Al-Jabbar. Ya, saya mengiyakan saja, karena saya sendiri belum pernah ke sana sebelumnya. Jadinya, ini kali pertama saya mengunjungi masjid yang sempat kontroversi ini.

Tepat begitu masuk parkiran, azan Ashar berkumandang. Kami pun berkeliling mencari pintu masuk masjid berada di sebelah mana. Setelah hampir 360 derajat mengitari masjid, kami parkir nggak jauh dari pintu masuk masjid.

Rombongan terpisah menjadi dua. Saya dan Rifa segera bergegas ke tempat wudhu pria. Dari pintu masuk ke tempat wudhu saja, jaraknya lumayan jauh. Kami berpacu dengan waktu, karena suara iqomah sudah terdengar.

Selepas wudhu, saya naik ke area utama masjid dan mengejar Ashar yang sudah dimulai. Saking luasnya, saya hanya bisa mengejar salat Ashar berjamaah di rakaat ketiga.

Ya, lain kali mungkin saya akan cerita lebih banyak tentang pengalaman salat di sini. Mulai dari dangdutan yang menjadi backsound saat salat hingga tertipu jajanan basi yang dijual di luaran pagar masjid. 


Selesai sudah perjalanan saya bersama YAICI dan IBI. Kamis, 24 Agustus 2023 menjadi sebuah perjalanan yang seru, edukatif, dan juga reflektif.

Rasanya menjadi blogger memang asyik ya. Bisa mendapat wawasan baru, pelajaran baru, pengalaman baru, juga relasi baru. Dan lebih asyiknya, ketika kita bisa membagikan pengalaman tersebut seluas-luasnya.

Read Also :
Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi Jurnalis atau Entertainer namun malah tersesat di dunia Informatika

34 comments

  1. Di masa kecil bahkan sampai remaja, saya dan orang-orang di desa saya menganggap kental manis itu susu beneran. Kalau udah minum kental manis waktu itu rasanya udah nerapin 4 sehat 5 sempurna
    1. Ya, di tempat saya juga begitu. Salah satunya karena akses terhadap informasi & edukasi masih terbatas.
  2. ternyata YAICI merupakan lembaga mandiri yang didirikan sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan, kesehatan dan lingkungan di Indonesia, keren mereka bener2 sukarela bgt berbagi cerita dan inspirasinya
    1. Ya, sebagaimana yang saya tuliskan di awal-awal artikel ini.
  3. Saya selalu kagum dengan bapak-bapak yang mau ikut gerakan yang didominasi ibu-ibu. Secara, bapak di sini biasanya abai sama istri dan anak. Anak kekurangan gizi = istri tidak becus jadi tulang punggung keluarga.
    1. Wah, jahat sekali ya mindset-nya. Padahal ngurus anak kan wajib kolaborasi keduanya.
  4. kenapa kok liat ayam di piring itu saya jadi lapaaarr :)) senang sekali ya bisa mendengar praktisi (seperti bidan) sharing langsung begini. kita bisa menyerap ilmu dan bertanya langsung saat itu, jadi ga penasaran xD semoga anak2 indonesia bebas stunting dan gizi nya terpenuhi dengan baik, aamiin
    1. Ya nggak tahu, coba tanya perutnya. Xixi.

      Alhamdulillah. Aamiin.
  5. Betul banget edukasi seperti ini tentang gizi sangat penting diketahui terutama untuk seorg ibu kedepannya
    1. Yes!
  6. Betul banget edukasi seperti ini tentang gizi sangat penting diketahui terutama untuk seorg ibu kedepannya
    1. Yes!
  7. Yang saya selalu ingat dari yaici ini adalah komitmen tinggi kampanye kental manis bukan susu. Ya, saat itu saya juga teredukasi dan melek wawasan, terkait fenomena kental manis.
    Ternyata selain itu ada banyak kegiatan yaici yang sangat mengedukasi kita ya
    1. Alhamdulillah, saya juga makin teredukasi setelah mengikuti acara YAICI.
  8. Urusan gizi buruk ini memang perlu diatasi salah satunya edukasi secara masif seperti itu, apalagi sasaran pesertanya juga oke banget itu sehingga permasalahan stunting bisa diminimalisir
    1. Yupz. Agree!
  9. Keren lo bapak satu ini, samangat e nggak kalah sama ibu². Dan saya sepakat bahwa SKM bukan produk susu dan cenderung ke pemanis. Makanya lebih baik batasi untuk konsumsi SKM dan milih susu sapi murni atau susu kedelai jika ada alergi produk laktosa...❤️
    1. Yohaa. Lebih ke arah gunakan produk susu/kental manis sesuai dengan peruntukkannya.
  10. Bidan desa itu tugasnya berat banget lho. Mensosialisasikan tentang gizi, tumbuh kembang anak, dan kesehatannya. Belum lagi kepentok sama gaya hidup kolot yang susah banget untuk diberi pengertian.

    Edukasi yang terusbegibi harus dijalakan selalu. Biar makin lama, masyarakat makin tahu dan peduli terhadap gizi anak-anaknya.
    1. Nah. Bidan jadi garda terdepan sebagai pelayanan sekaligus edukator. Memang sangat berat. Semoga kegiatan seperti ini sedikit banyak bisa membantu edukasi masyarakat dan meringankan kinerja bidan.
  11. Edukasi seperti ini memang perlu banget, apalagi banyak yang velum paham tentang komposisi isi piring dan menganggap susu kental manis itu susu padahal bukan to
    1. Yupz!
  12. "Hanya ingin berbagi"
    Mulia sekali, kang Raja. Rasanya memang blog ini tergantung niat awal sang penulis yaah.. Gimana ke depannya, pastinya semoga ada keberkahan dari berbagi itu sendiri.

    Bersama bidan Desi dan Ibu dari YAICI, semua berkolaborasi dalam kebaikan ilmu yang bermanfaat untuk investasi kesehatan perempuan dan para calon Ibu.

    Selalu seru ngikutin perjalanan reportase Kang Raja.
    1. Alhamdulillah. Insya Allah soal blog memang kembali pada niat awal si blogger itu sendiri.

      Terima kasih sudah mengikuti reportase kegiatan ini.
  13. Kereeen, pwngen rasanya bisa jadi bang Raja, menginspirasi banyak orang
    1. Waduh, ngapain jadi saya? Xixix. Bisa kok menginspirasi banyak orang dengan tetap jadi diri sendiri.
  14. Penting banget ikut edukasi gizi begini. Kalau acaranya di Jogja, datang saya hahaha. Bet salfok sama tempat praktek bidannya. Nyaman banget
    1. Semoga suatu saat ada di Jogja acara keren seperti ini.
  15. setuju, masih banyak lho yang belum tahu soal sus kental manis ini, dikiranya dia susu dan banyak juga ibu-ibu yang memberikan kental manis untuk anak-anaknya karena dianggap 4 sehat 5 sempurna
    1. Nah kan. Jadi memang perlu edukasi ini terus menerus.
  16. Semoga makin banyak bidan2 lain seperti bidan Deti. Perangi gizi buruk dan stunting agar anak Indonesia makin sehat dan cerdas
    1. Dan bidan Desi juga. Karena ada dua bidan keren dalam cerita ini.
  17. bener juga yang dibilang mas Raja kalau bidan adalah garda terdepan masyarakat. Aku langsung keinget waktu aku Balita hahaha, soalnya yang aku inget dulu kalau ke Posyandu, adanya ya bidan, maklum masih balita, nggak paham juga apa itu dokter, bidan atau suster. Pokoknya ada ibu ibu di ruang posyandu hahaha
    1. Nah iya. Posyandu betul-betul yang dekat dengan masyarakat. Di dalamnya biasanya memang ada bidan.
Terima kasih sudah berkunjung ke RajaLubis. Tinggalkan jejak dengan mengisi kolom komentar yang ada. Kami tidak memoderasi kolom komentar, jadi silakan re-cek kembali sebelum berkomentar. Hindari komentar dengan memberikan link hidup, sapaan yang salah, dan atau kata-kata kasar.